kievskiy.org

Apa yang Sebenarnya Terjadi di Paris, Menguak Sebab Kerusuhan yang Buat Kota Itu Tak Lagi Romantis

Aksi protes berujung ricuh di Paris, menolak pengesahan UU soal usia pensiun pekerja.
Aksi protes berujung ricuh di Paris, menolak pengesahan UU soal usia pensiun pekerja. /Reuters/Elizabeth Pineau

PIKIRAN RAKYAT - Warga Prancis meluapkan amarahnya kepada sang Presiden, Emmanuel Macron pada Kamis, 23 Maret 2023 waktu setempat. Pengunjuk rasa berkumpul di seluruh negeri, untuk menetang keputusan usia pensiun yang dinaikkan dari 62 menjadi 64 tahun.

Serikat pekerja mengklaim 3,5 juta orang melakukan aksi protes di seluruh negeri. Sementara pihak berwenang mengatakan bahwa angkanya jauh lebih rendah, hanya di bawah 1,1 juta.

Di Paris, para pemimpin serikat pekerja mengklaim bahwa rekor 800.000 orang ikut serta dalam pawai yang sebagian besar damai. Namun, Polisi mengatakan bahwa ada 119.000 orang yang menuntut agar pemerintah membatalkan perubahan yang diperebutkan dengan sengit.

Akan tetapi, hari aksi nasional dirusak oleh pecahnya kekerasan dan vandalisme. Di kota barat daya Bordeaux, pintu depan balai kota dibakar. Sementara di Paris, Polisi dan kelompok pengunjuk rasa bentrok hingga larut malam.

Baca Juga: Ukraina Ancam Boikot Olimpiade Paris 2024 Jika Rusia dan Belarusia Berpartisipasi

Di ibu kota, aksi demonstrasi resmi yang terdiri dari penampang besar masyarakat Prancis, muda, tua, profesional, pengangguran, berangkat dari Place de la Bastille pada sore hari menuju ke Place de l'Opéra di sepanjang Grands Boulevards, jalan utama timur-barat melalui bagian utara pusat kota Paris.

Pecahnya Kerusuhan

Anggota serikat Prancis, yang membawa bendera dan spanduk, diapit oleh penjaga mereka sendiri untuk memastikan keamanan. Kerumunan itu padat dan amarah untuk pemerintah dan presiden, tetapi suasananya juga meriah dan dimotivasi oleh pertunjukan solidaritas.

Suasana menjadi mencekam akibat ulah sekelompok anak muda yang disebut casseurs (smashers), berpakaian hitam dan mengenakan topeng, yang memposisikan diri di depan pawai. Mereka menghancurkan tempat penampungan bus, penimbunan iklan, jendela toko, bagian depan McDonald's, dan kios surat kabar, meninggalkan jejak kaca dan tumpukan tempat sampah yang terbakar di belakangnya.

Mereka juga menarik besi di sekitar pohon dan memecahkan batu paving, yang kemudian dilemparkan ke polisi. Bentrokan terburuk terjadi di Place de l'Opéra dan Place de la Bastille, di mana polisi berusaha membubarkan mereka dengan gas air mata.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat