kievskiy.org

Israel Minta Bantuan Militer Darurat ke Amerika Serikat, Mulai Kewalahan?

Militan Hamas Palestina mengambil bagian dalam unjuk rasa memperingati 31 tahun berdirinya Hamas, di Kota Gaza, 16 Desember 2018.
Militan Hamas Palestina mengambil bagian dalam unjuk rasa memperingati 31 tahun berdirinya Hamas, di Kota Gaza, 16 Desember 2018. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT – Israel dikabarkan telah meminta bantuan militer darurat sebesar 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp156,5 triliun dalam mata uang Indonesia kepada pemerintah AS. Kabar tersebut diungkapkan oleh The New York Times pada Senin malam.

Menurut laporan tersebut, tiga pejabat yang mengetahui perihal permintaan bantuan militer darurat tersebut menyatakan bahwa paket bantuan Amerika Serikat untuk Israle sedang dimasukkan ke dalam rancangan undang-undang (RUU) oleh Kongres AS melalui koordinasi dengan Gedung Putih.

RUU tersebut juga mencakup alokasi dana yang telah diupayakan pemerintahan Biden untuk negara-negara lain, seperti Ukraina, Taiwan, dan pengamanan perbatasan AS-Meksiko.

Pada kunjungan Chuck Schumer, Ketua Senat Mayoritas AS, ke Israel pada hari Minggu sebelumnya, dia mengumumkan bahwa anggota parlemen AS akan menyediakan bantuan berupa amunisi 155 milimeter, amunisi pengganti untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome, bom kendali presisi, dan perlengkapan JDAM yang dapat mengubah bom konvensional menjadi amunisi presisi.

Baca Juga: Kamar Mayat Rumah Sakit di Gaza Kewalahan Tampung Jenazah, Terpaksa Gunakan Truk Es Krim

Pemintaan bantuan militer darurat oleh Israel ini terjadi setelah serangkaian serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina. Serangan tersebut telah memicu respons dari pemerintah Israel yang melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza. Serangan ini telah mengakibatkan lebih dari 1 juta orang mengungsi, hampir setengah dari populasi total wilayah tersebut, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Gaza saat ini mengalami krisis kemanusiaan yang sangat serius, dengan kekurangan listrik, persediaan air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis yang hampir habis. Warga sipil mengungsi ke wilayah selatan menyusul peringatan dari Israel untuk mengevakuasi wilayah utara.

Pertempuran antara Israel dan Hamas dimulai ketika Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober, yang mencakup serangan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara sebagai tanggapan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan eskalasi kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian merespons dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi yang ditujukan untuk menghentikan serangan-serangan tersebut.

Dalam konflik ini, setidaknya 2.808 warga Palestina, termasuk 750 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel di Gaza. Sementara itu, lebih dari 1.400 warga Israel juga tewas dalam konflik tersebut.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat