kievskiy.org

Gereja yang Dibom Israel Ternyata Tempat Warga Gaza Mengungsi: Bersama Sebagai Palestina, Muslim dan Kristen

Dokumentasi rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Dokumentasi rakyat Palestina di Jalur Gaza. /Pixabay.com/hosny_salah

PIKIRAN RAKYAT - Ketika serangan udara Israel menghancurkan rumah warga, Muslim Palestina mencari perlindungan di gereja tertua di Gaza. Di Gereja Santo Porphyrius, mereka menemukan bukan hanya tempat perlindungan, tetapi perasaan memiliki "satu keluarga".

Terlepas dari perbedaan agama, warga Gaza disatukan oleh teror bom yang meledak di sekitar mereka, dan berharap bisa selamat dari serangan Israel. Salah satu warga, Walaa Sobeh pun menelepon kerabat lainnya di Gaza utara dan meminta mereka untuk pergi ke gereja juga.

Dia dan keluarganya termasuk di antara ratusan warga Palestina dari berbagai agama yang telah menemukan keamanan di gereja. Pada saat serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan pemboman Israel berikutnya di Gaza telah memicu lonjakan Islamofobia di beberapa bagian dunia, gereja Ortodoks Yunani itu muncul sebagai lambang identitas yang lebih dalam sebagai orang Palestina.

Baca Juga: 7 Negara yang Dilibas Amerika Serikat Setelah Tragedi Teror 11 September 2001

"Kami di sini menjalani hari, tidak yakin apakah kami bisa sampai malam tapi yang meringankan rasa sakit kami adalah semangat rendah hati dan hangat dari semua orang di sekitar," tutur Walaa Sobeh.

Dia menuturkan, menerima "dukungan besar dari para imam dan orang lain di gereja yang secara sukarela tanpa lelah sepanjang waktu untuk membantu keluarga pengungsi".

Selama perang berlangsung, gereja telah lolos dari rudal Israel. Namun, tempat ibadah umat kristen itu ikut hancur dalam serangan pada Kamis 19 Oktober 2023 malam.

Bom Israel telah menghantam beberapa masjid dan sekolah yang melindungi orang-orang yang rumahnya telah diledakkan.

"Setiap serangan terhadap gereja tidak hanya akan menjadi serangan terhadap agama, yang merupakan perbuatan keji, tetapi juga serangan terhadap kemanusiaan", kata Pastor Elias, seorang imam di Saint Porphyrius.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat