kievskiy.org

Relawan di RS Martir Al-Aqsa Gaza: Tak Tahu Apa yang Terjadi Besok, Apakah Akan Hidup atau Mati

Warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama serangan darat penjajah Israel, di tepi kamp pengungsi Beach di Kota Gaza.
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama serangan darat penjajah Israel, di tepi kamp pengungsi Beach di Kota Gaza. /Reuters/Mohammed Al-Masri

PIKIRAN RAKYAT - Mohammad Abu Salem, salah satu sukarelawan di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa Gaza memutuskan untuk menjalani tugas tersebut sejak 19 Oktober 2023 usai rumah keluarganya hancur akibat serangan penjajah Israel di lingkungan al-Zahra di selatan Kota Gaza, Palestina. Sejak saat itu, ia hanya sempat bertemu dengan keluarganya sebanyak dua kali.

Pria berusia 25 tahun yang membidangi fisioterapi itu menyebut bahwa pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina terjadi setiap hari. 

“Saya tahu bekerja di rumah sakit pada umumnya akan sangat sibuk, namun bekerja di rumah sakit selama perang berada pada level yang berbeda,” katanya, dikutip dari Al Jazeera pada Senin, 20 November 2023. 

“Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok, apakah kamu akan hidup atau mati. Tapi menyerah bukanlah suatu pilihan,” ujarnya. 

Baca Juga: Tangis Abu Saher Pecah Saat Cerita Kafani Jenazah-jenazah Korban Genosida Israel: Hati Saya Hancur

Dalam kesempatan yang sama, Abu Salem turut menjelaskan bagaimana tugasnya  menangani para korban. Ia akan berbicara kepada mereka terkait sifat luka mereka, komplikasi yang mungkin timbul, dan cara menghindari risiko tersebut.

“Suatu hari saudara laki-laki saya sendiri mengalami cedera, untungnya tidak serius. Tetapi stres dalam merawat orang yang kamu kenal bisa sangat melemahkan,” ucapnya. 

Jumlah Korban Tewas Akibat Genosida Israel

Rumah Sakit Martir Al-Aqsa menjadi fasilitas perawatan utama di Jalur Gaza. Pasalnya, sejumlah rumah sakit di Kota Gaza dan Gaza Utara hancur total.

Terhitung sejak 7 Oktober 2023 hingga Minggu, 19 November 2023, setidaknya ada 13.000 orang di Gaza yang kehilangan nyawa. Berdasarkan kantor media setempat, 5.500 lebih di antaranya merupakan anak-anak dan 3.500 perempuan. 

Sementara untuk korban luka-luka, jumlahnya mencapai 30.000 orang, 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Terkait orang hilang, hingga saat ini jumlahnya 6.000 jiwa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat