kievskiy.org

Israel Penjajah Sebut Pembantaian di Gaza Bak Perang Dunia II, Pembenaran Kebrutalan Mereka di Palestina

Warga Palestina mencari korban di lokasi serangan Israel pada 26 Oktober 2023.
Warga Palestina mencari korban di lokasi serangan Israel pada 26 Oktober 2023. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa.

PIKIRAN RAKYAT - Pembantaian tanpa henti Israel penjajah di Jalur Gaza telah berkecamuk seama tiga minggu kala Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diminta untuk mengatasi jumlah korban sipil yang berat di daerah kantong Palestina.

Akan tetapi, pria yang membangkitkan serangan 9/11 di Menara Kembar New York dan Pentagon pada 2001 itu justru menggambarkan serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, merujuk ke Perang Dunia II untuk validasi.

Perdana menteri Israel yang hawkish merujuk pada 1945. Dia keliru menyebutkan tahun 1944, ketika serangan udara Inggris yang telah menargetkan situs Gestapo secara keliru menghantam sebuah sekolah di Kopenhagen yang menewaskan 86 anak-anak.

"Itu bukan kejahatan perang. Itu bukan sesuatu yang Anda menyalahkan Inggris atas apa yang mereka lakukan. Itu adalah tindakan perang yang sah dengan konsekuensi tragis yang menyertai tindakan sah tersebut," tutur Benjamin Netanyahu kepada wartawan.

Sejak itu, kampanye Sekutu melawan Nazi Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II telah menjadi semacam preseden sejarah bagi negara Israel yang berusaha membenarkan pembunuhan besar-besaran rakyat Gaza karena seolah-olah mengejar pejuang Hamas.

Duta Besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely juga telah membandingkan kampanye Israel penjajah dengan pemboman Sekutu yang menghancurkan Dresden selama tiga malam pada 1945. Pemboman itu dimaksudkan untuk memaksa Nazi menyerah, dan menyebabkan kematian sekitar 25.000-35.000 orang Jerman.

Para pendukung Israel penjajah yang berafiliasi dengan non-negara juga telah menarik perbandingan serupa. Namun, upaya itu menghapus akar konflik Israel-Palestina dalam pengusiran 750.000 warga Palestina dari tanah mereka selama pembentukan Israel pada 1948, penghancuran 500 kota dan desa pada saat itu, dan pendudukan ilegal berikutnya atas wilayah Palestina.

"Mereka juga mengabaikan bagaimana Perang Dunia II menyebabkan rezim hukum internasional baru, dan berfungsi untuk merendahkan orang-orang Palestina sambil membenarkan kekerasan dan diskriminasi Israel selama puluhan tahun yang digambarkan oleh banyak kelompok hak asasi internasional mirip dengan apartheid terhadap orang-orang Palestina", kata sejarawan dan analis.

Pembenaran Kebrutalan Israel

Sejarawan dan aktivis sosialis Israel Ilan Pappé mengatakan bahwa upaya Israel itu bertujuan "sebagai pembenaran atas kebijakan brutalnya terhadap Palestina". Selain itu, mereka mewakili buku pedoman lama yang digunakan oleh negara tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat