kievskiy.org

Israel Penjajah Kurung Kota-Kota Palestina dengan Gerbang Besi, Tambah Daftar Panjang Penderitaan Warga

Seorang wanita berjalan dengan anak-anak di samping ambulans ketika kendaraan militer Israel lewat selama serangan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki Israel pada 14 Desember 2023.
Seorang wanita berjalan dengan anak-anak di samping ambulans ketika kendaraan militer Israel lewat selama serangan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Jenin, di Tepi Barat yang diduduki Israel pada 14 Desember 2023. /Reuters/Raneen Sawafta

PIKIRAN RAKYAT - Frasa 'Gerbangnya ditutup' diulang beberapa kali sehari di antara orang-orang Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Menggambarkan kehidupan mereka di bawah penutupan Israel penjajah yang sedang berlangsung di kota-kota dan desa-desa mereka.

Israel penjajah memasang gerbang besi di pintu masuk ke desa-desa dan kota-kota Palestina di Tepi Barat, untuk mencegah pergerakan penduduk. Mereka mulai menempatkan gerbang di pintu masuk kota-kota dan desa-desa selama Intifada Kedua pada 2000, tetapi telah menggandakan praktik tersebut sejak 7 Oktober 2023.

Hal itu dilihat oleh orang-orang Palestina sebagai hukuman kolektif. Setelah perang di Gaza dimulai, Palestina telah mencatat lompatan besar dalam jumlah gerbang besi tersebut, dengan 28 dipasang hanya dalam satu hari di pintu masuk ke desa-desa yang dekat dengan kota Ramallah.

Gerbang itu memungkinkan tentara Israel untuk mengontrol pembukaan dan penutupan sesuai dengan "standar keamanan", seperti yang digambarkan militer.

Penutupan gerbang dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan, sangat membatasi pergerakan warga Palestina dan memaksa mereka untuk menggunakan jalan tanah alternatif yang bergelombang, yang mengakibatkan berjam-jam mengemudi untuk tiba di tujuan mereka.

'Bentuk Penghinaan'

Seorang sopir taksi, Mohammed Rajab (30) mengatakan bahwa seminggu yang lalu, tentara Israel penjajah memasang dua gerbang besi di pintu masuk ke kota Birzeit, utara Ramallah. Gerbang itu membatasi pergerakan warga Palestina dari Tepi Barat utara ke kota Ramallah, pusat lembaga pemerintah, kementerian, dan fungsi publik Palestina.

Menurutnya, menutup gerbang berarti menghalangi puluhan ribu warga untuk bergerak bebas dan mencapai tempat kerja serta sekolah mereka.

"Kami terpaksa menunggu setiap hari, tidak kurang dari lima jam sebelum gerbang dibuka, dan jika mereka membukanya, tentara mendirikan pos pemeriksaan militer dan menghalangi pergerakan kendaraan. Kami mencoba menyeberang melalui cara lain, tetapi tidak berhasil," tutur Mohammed Rajab.

Dia menuturkan, gerbang tersebut ada "bentuk penghinaan", karena tidak ada alasan keamanan untuk menutupnya dan menghukum puluhan ribu orang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat