kievskiy.org

Mental Benjamin Netanyahu Hancur Akibat Perang dengan Hamas dan Genosida Gaza

Gambar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelum dan sesudah pembantaian 7 Oktober dan dimulainya perang dengan Hamas.
Gambar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelum dan sesudah pembantaian 7 Oktober dan dimulainya perang dengan Hamas. /Reuters/Abir Sultan, Flash90/Chaim Goldberg

PIKIRAN RAKYAT - Perdana Menteri (PM), Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu disebut alami trauma berat usai pecahnya perang dengan Hamas, dan genosida Gaza, sejak 7 Oktober 2023.

Pakar pencipta metodologi analisa orang melalui fitur wajah, Tami Elashvili mengatakan bahwa air muka Netanyahu tampak jauh berbeda dengan sebelum perang berkecamuk.

Ketika membandingkan foto lama dan terkini sang PM, Selashvili mengatakan, Netanyahu kehilangan banyak rasa percaya diri. Alis tebal yang menunjukkan rasa percaya diri dan karisma kini memudar.

"Dalam gambar yang diambil setelah perang, alisnya sangat tipis sehingga sikap praktis tidak ada. Ini menunjukkan akibat dari trauma yang parah," kata dia, dikutip dari The Jerussalem Post, Kamis, 29 Februari 2024.

"Matanya terangkat ke atas, bagian bawahnya berwarna putih, menunjukkan tekanan yang kuat. dia saat ini berada di bawah. Sisi bibir menunjukkan pesimisme yang lebih mendasar dibandingkan sebelum perang. Matanya terkulai dan menyipit. Secara emosional, dia hancur. Dagu lebar dan persegi yang menjadi ciri orang-orang dengan peran manajerial penting sebelum perang telah menyusut," ujarnya lagi.

Baca Juga: Presiden Palestina: Rencana 'Day After' Netanyahu Ditakdirkan Gagal

Elashvili menjelaskan bahwa rambut Netanyahu sebelum perang menyembunyikan dahinya, sedangkan setelah perang lebih terekspos.

"Hal ini menunjukkan kurangnya penyembunyian-penyembunyian setelah 7 Oktober. Setelah perang... dia menjadi sangat kurus, dan karena itu wajahnya lebih bersudut," ucap dia.

"Alis yang tidak rapi menunjukkan dirinya terpecah belah secara mental dan emosional. Sebelum perang, alisnya rapi. Sekarang, tidak. Ini menunjukkan bahwa sebelum perang, Netanyahu sangat fokus dan tahu apa yang diinginkannya dan apa yang hendak dilakukan. Semua orang menyadari fakta bahwa Bibi (Netanyahu) tahu bagaimana mengekspresikan dirinya. Namun kenyataannya saat ini berbeda," kata Elashvili.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat