kievskiy.org

Update Situasi di Gaza: Israel Bantai 50 Warga Palestina di RS Al-Shifa dan 23 Relawan Bantuan di Utara

Kerusakan bangunan di Jalur Gaza usai diserang pasukan penjajah Israel.
Kerusakan bangunan di Jalur Gaza usai diserang pasukan penjajah Israel. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT - Rumah sakit Al-Shifa, Gaza, berada di bawah serangan dan pengepungan Israel penjajah selama dua hari terakhir. Kompleks medis terbesar di daerah kantong tersebut pun kini berdarah, dengan puluhan warga Palestina kehilangan nyawa.

Pasukan Israel penjajah membantai 50 warga Palestina dan menangkap 180 orang dalam serangan di fasilitas tersebut pada Senin 18 Maret 2024.

"Kami dikepung dari setiap sudut, tidak tahu apakah harus keluar atau tinggal di dalam. Kami tidak bisa pergi atau bergerak," ucap Rawia al-Batrikhi (29), warga sipil Palestina yang terperangkap di sekitar rumah sakit beseiged.

"Tank ada di sini, tepat di luar ruangan, dan telah terjadi tembakan dan penembakan terus-menerus selama dua hari terakhir. Kami berbaring di tanah, menggunakan apa pun yang kami bisa sebagai penutup dari peluru," tuturnya menambahkan.

Rawia al-Batrikhi mengungkapkan, situasi di RS Al Shifa saat ini semakin mencekam karena aksi pembantaian yang dilakukan Israel penjajah. Bahkan, kesempatan untuk menghirup oksigen pun terasa sulit.

"Kami tidak bisa mengangkat kepala, kami tidak bisa berbicara dengan keras, kami hampir tidak bisa bernapas. Saya berbisik ketika saya berbicara dengan Anda (wartawan), sehingga (tentara Israel penjajah) tidak memperhatikan bahwa kami ada di sini," ujarnya.

"Ada sekitar 30 dari kami di sebuah ruangan di kamar bayi di sebelah rumah sakit al-Shifa. Tembakan tidak pernah berhenti, kami membutuhkan seseorang untuk mengeluarkan kami dari sini sesegera mungkin," kata Rawia al-Batrikhi menambahkan.

Ramadhan 2024 di Bawah Genosida Israel

Suami Rawia, Muhammed Tareq al-Batrikhi (34) juga membeberkan situasi memprihatinkan di sekitar RS Al Shifa pada saat ini. Mereka yang mencoba menyelamatkan diri dari pembantaian Israel penjajah mengaku tidak memiliki air sama sekali selama dua hari terakhir.

"Kami tidak punya air atau apa pun. Sudah dua hari tanpa air, kami tidak bisa mendapatkannya ketika sedang berpuasa dan sangat membutuhkannya. Kami mencoba mengakalinya," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat