kievskiy.org

Kena Imbas PSBB, Ketua PHRI Sumedang: Saya Yakin Banyak Pengusaha yang Bangkrut

ILUSTRASI sosialisasi PSBB.*
ILUSTRASI sosialisasi PSBB.* /ARMIN ABDUL JABBAR/PR ARMIN ABDUL JABBAR/PR

PIKIRAN RAKYAT - Kalangan pengusaha terutama pengusaha hotel dan restoran di Sumedang, mengeluh karena usahanya kini terpuruk. Kondisi itu, imbas diterapkannya lockdown kewilayahan termasuk PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang sudah hampir mencapai sebulan.

“Seandainya PSBB ini ditambah lagi sampai Juli apalagi sampai akhir tahun, saya yakin banyak pengusaha yang bangkrut. Oleh karena itu, kami para pengusaha khususnya yang bernaung di PHRI, meminta kepada pemerintah untuk segera mengakhiri PSBB ini,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sumedang Nana Mulyana di objek wisata alam “Kampung Karuhun” miliknya di Desa Citengah, Sumedang Selatan, Jumat 15 Mei 2020.

Ia katakan itu, disela pemberian bantuan 250 paket sembako dari BNI Cabang Sumedang bagi warga miskin lama dan baru di Desa Cipancar dan Citengah yang terkena imbas Covid-19.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Matahari dalam Periode 'Lockdown' Bisa Sebabkan Gempa Bumi hingga Kelaparan

Penyerahan paket sembako secara simbolis dilakukan oleh Pemimpin BNI Cabang Sumedang Herry Juhaeri kepada warga diwakili Kepala Desa Cipancar Yusman dan Kepala Desa Citengah Otong Sumarna.

Menurut Nana, imbas wabah Covid-19, pengusaha hotel dan restoran termasuk pelaku usaha pariwisata kini sedang collaps. Dengan pemberlakuan PSBB, social distancing dan physical distancing, nyaris sama sekali tidak ada pengunjung. Otomatis, pengusaha tak meraup pendapatan. Disisi lain, setiap bulannya pengusaha dibebani dengan pinjaman bank, beban pajak, gaji pegawai, tagihan listrik, termasuk jamsostek.

“Betul-betul sedih dengan kondisi sekarang ini. Gangguan ekonomi imbas Covid-19 ini, begitu terasa. Bisnis saya sendiri, semuanya terhenti. Contoh, saya berbisnis di bahan material bangunan, saya tidak bisa impor bahan baku akibat terganggunya ekonomi global. Properti berhenti total termasuk berbagai projek pemerintah. Saya meniti karir berbisnis sudah 23 tahun, tahun 2020 ini benar-benar hancur. Imbasnya dengan terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja karena tidak ada uang untuk menggaji karyawan. Dengan imbas Covid-19 ini, pengusaha dibuat sengsara,” ujarnya.

Baca Juga: FIFA Akhirnya Jadwal Ulang Penyelenggaraan 2 Turnamen Piala Dunia Wanita

Dikatakan, dengan kondisi dunia usaha yang sedang morat-marit imbas Covid-19 , pemerintah harus mengambil kebijakan strategis supaya dunis usaha bisa menggeliat dan bangkit kembali dari keterpurukan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat