kievskiy.org

Petani Cabe di Majalengka Keluhkan Serangan Tikus, Panen Cepat daripada Rugi Lebih Banyak

 Petani cabe di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah memanaen cabe sisa tikus. Para petani mengeluh tanaman cabenya diserang tikus sehingga terpaksa cabe yang masih muda dipanen untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Petani cabe di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah memanaen cabe sisa tikus. Para petani mengeluh tanaman cabenya diserang tikus sehingga terpaksa cabe yang masih muda dipanen untuk menghindari kerugian yang lebih besar. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Petani cabe di Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka mengeluhkan hama tikus menyerang tanaman cabenya. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, petani terpaksa melakukan panen dini saat kondisi cabe masih hijau dan muda.

Menurut keterangan petani, tikus memakan cabe yang masih muda serta pucuknya hingga sebagian rusak. Cabe yang belum begitu tua dimakan bagian tengah hingga ujungnya. Dengan begitu, cabe tidak bisa dipanen karena berlubang bekas gigitan tikus hingga sebagian mengering.

Nesti salah seorang petani menyebutkan tanaman cabenya yang kini berusia 2 bulanan rusak parah. Dari luas tanam sekitar 1 hektare, kini hanya mampu memanen cabe hijau sekitar 1 kw saja, padahal biasanya dari luas 1 hektare lahan bisa memanen hingga 4 kw per sekali panen per minggu.

Baca Juga: Gagal Berangkat Umrah, Ratusan Jemaah di Sukabumi Mengaku Kecewa dan Malu

“Sekarang tidak bisa dipanen hingga kondisi cabe kemarahan, karena kalau menunggu berwarna merah, cabe lebih dulu dipanen oleh tikus. Akhirnya kita hanya kebagian cabe yang rusaknya saja, sisa tikus,” ujar Nesti.

Lantaran cabe dipanen dalam kondisi masih hijau, maka harganya pun rendah, hanya bisa dijual seharga Rp10.000 per kg. Sementara cabe merah bisa laku dijual hingga mencapai lebih dari Rp30.000 per kg.

Kerugian tidak hanya akibat serangan tikus, tetapi juga akibat tanaman mati akibat kekeringan. Cuaca panas banyak pohon yang layu hingga mati, air yang dipompa dari Sindupraja melalui pipa untuk menyiram kalah oleh cuaca panas.

Hal yang sama dialami petani lainnya, Kamdi, yang menanam seluas kurang lebih 500 bata di bekas tanaman padi. Saat ini, dia nyaris tidak bisa memanen cabenya karena serangan tikus serta sebagian tanaman mati kekeringan.

“Petani terus dilanda kerugian, waktu tanam padi serangan tikusnya luar biasa hingga tanaman puso, sekarang ditanami cabe juga sama,” ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat