kievskiy.org

Mendaki Jabal Nur, Saksi Turunnya Wahyu Pertama

Batuan hitam kering tanpa lapisan tanah, Jabal Nur atau gunung cahaya.
Batuan hitam kering tanpa lapisan tanah, Jabal Nur atau gunung cahaya. /Pikiran Rakyat/Eva Fahas

PIKIRAN RAKYAT - Udara Makkah Al Mukaramah pada Minggu, 9 Juli 2023 dini hari sudah hangat. Padahal waktu menunjukkan pukul 2.30 Waktu Arab Saudi, tetapi kawasan Distrik Hejaz, sekira 7 km dari arah timur Masjidil Haram sudah dipadati peziarah.

Di atas permukiman warga yang cukup padat, menjulang batuan cadas nyaris tanpa vegetasi. Hanya warna batu, tanah, dan pasir yang mendominasi. Dengan rute yang terjal, tak menyurutkan langkah perlahan peziarah untuk turut menapaki jejak Rasul Allah saat menerima wahyu pertamanya, sekira seribu tahun yang lalu.

Bukit setinggi 700 meter itu tampak megah dari kejauhan. Serupa dengan tipikal pegunungan di Kota Makkah, batuan hitam kering tanpa lapisan tanah menjadi ciri khas.

Baca Juga: UU Kesehatan Baru: STR Dokter dan Perawat Seumur Hidup, Ini Syaratnya

Dinamai Jabal Nur atau bukit cahaya, erat dengan peristiwa agung saat Muhammad yang kala itu berusia 40 tahun diangkat menjadi nabi terakhir pilihan Allah SWT. Selepas berkhalwat di dalam Gua Hira, Rasul menerima wahyu pertamanya dari perantara Jibril yaitu lima ayat pertama surat Al-Alaq.

Gua Hira menjadi tempat Rasul bersujud meminta pertolongan Allah. Sebuah ceruk kecil yang dibangun dari batuan-batuan besar yang bertumpang tindih. Posisinya 40 meter ke bawah selepas puncak Jabal Nur.

Proses pendakian bukit bersejarah ini sudah dimulai sejak turun dari kendaraan. Tepat di sebuah pasar kecil di kawasan Jabal Annur, Makkah.

Menanjak dengan elevasi curam, mendekati 400 meter harus dilalui peziarah untuk sampai ke pintu gerbang bukit. Selepasnya terbentang anak tangga berkelok yang mengantarkan peziarah tiba di puncak.

Baca Juga: PSI Kritik Sistem Zonasi PPDB: Berbohong Dianggap Biasa

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat