kievskiy.org

Apa Hukumnya Potong Kuku dan Rambut Saat Hendak Berkurban?

Pedagang memberi pakan sapi di tempat penjualan hewan kurban milik bapak Maskur Sidik di Jalan Kopo Cirangrang, Kota Bandung, Senin (3/6/2024).
Pedagang memberi pakan sapi di tempat penjualan hewan kurban milik bapak Maskur Sidik di Jalan Kopo Cirangrang, Kota Bandung, Senin (3/6/2024). /Kontributor Pikiran Rakyat/Deni Armansyah

PIKIRAN RAKYAT - Yang perlu diperhatikan, bagi umat Muslim yang hendak berkurban adalah anjuran untuk tidak memotong kuku ataupun rambutnya sejak memasuki sepuluh awal Dzulhijah.

Meski anjuran ini sudah ramai dipercayai masyarakat, rupanya para ulama mazhab fiqih memiliki perbendaan pendapat.

Dikutip dari situs Majelsi Ulama Indonesia (MUI), menurut Mazhab Hanbali hukumnya wajib menjaga diri untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku bagi orang yang hendak berkurban sejak masuknya Dzulhijah hingga selesai penyembelihan hewan kurban.

Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw. riwayat Muslim dari Ummu Salamah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

(إِذَا رَأَيْتُمْ هِلالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ ) وفي لفظ له : ( إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا.)

“Jika kalian melihat hilal Dzul Hijjah, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah menahan diri (tidak memotong) rambut dan kuku-kukunya”.

Sementara menurut mazhab Maliki dan Syafi’i hukumnya sunnah untuk tidak mencukur rambut dan tidak memotong kuku bagi orang yang hendak berkurban mulai masuknya Dzulhijah sampai selesai penyembelihan hewan kurban. karena ada hadits dari Aisyah r.a.:

كُنْتُ أَفْتِلُ قَلاَئِدَ هَدْيِ رَسُولِ اللهِ ثُمَّ يُقَلِّدُهاَ بِيَدِهِ ثُمَّ يَبْعَثُ بِهَا وَلاَ يُحْرِمُ عَلَيْهِ شَيْءٌ أَحَلَّهُ اللهُ لَهُ حَتىَّ يَنْحَرَ الهَدْيَ

“Aku pernah menganyam tali kalung hewan udhiyah Rasulullah saw, kemudian beliau mengikatkannya dengan tangannya dan mengirimkannya dan beliau tidak berihram (mengharamkan sesuatu) atas apa-apa yang dihalalkan Allah SWT, hingga beliau menyembelihnya,” (HR. Bukhari Muslim).

Asy-Syairazi (w. 476 H) dari kalangan Asy-syafi’iyah dalam matan Al-Muhazzab menyebutkan:

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat