kievskiy.org

Kepemimpinan sang Kapten

ILUSTRASI COVID-19
ILUSTRASI COVID-19 //pixabay /pixabay

PANDEMI virus corona menebar ancaman ke mana-mana. Sejak dilaporkan ke organisasi kesehatan dunia  atau WHO (World Health Organization) 31 Desember 2019 hingga  1 April 2020, virus ini telah menyebar ke 201 negara, dengan jumlah kasus mencapai 854.608, di mana 176.908 orang dinyatakan sembuh, dan 42.043 orang meninggal dunia.

Sementara di Indonesia, hingga 6 April tercatat 2.491 kasus terkonfirmasi positif, dimana 192 orang dinyatakan sembuh, dan 209 orang meninggal dunia. Ada secercah harapan ketika jumlah penderita yang sembuh dari hari ke hari dilaporkan lebih banyak dibanding mereka yang meninggal dunia.

Baca Juga: PRAKIRAAN CUACA HARI INI: 7 April 2020, Bandung Berpotensi Hujan Ringan pada Siang Hari

Selain memantik keprihatinan mendalam, dan kesadaran akan keterbatasan manusia, merebaknya virus corona juga menciptakan panggung-panggung publisitas, yang menampilkan kepala negara hingga kepala daerah.

Sementara tenaga medis yang benar-benar terlibat pertarungan jarang mendapat liputan, entah karena sibuk, atau tidak bisa dijangkau awak media.

Meski sama-sama menghadapi pandemi corona, langkah yang diambil tiap negara (bahkan dalam skala yang lebih kecil tiap kampung) tidak sama.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Andrea Dian Buka-bukaan soal Biaya Rumah Sakit selama Perawatan COVID-19

Dikaji dari segi kepemimpinan, perbedaan ini bukan hanya mencerminkan pilihan strategi, tetapi juga menunjukkan kesigapan dan kecerdasan dalam membaca sinyal pertama ancaman corona yang dipancarkan dari Wuhan, Hubei, Tiongkok.

Kondisi ini, tak ubahnya kepemimpinan tiga kapten kapal ketika Titanic tenggelam dalam pelayaran menuju Atlantik Utara 14 April 1912.

Sebagaimana digambarkan Jocelyn Davis, dalam The Greats on Leadership: Kearifan Klasik untuk Para Manajer Modern, 2016, bagaimana ketiga kapten merespons kejadian mencerminkan kepemimpinan mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat