kievskiy.org

Rindu yang Tertunda, Sampai Kapan?

ILUSTRASI mudik.
ILUSTRASI mudik. //Pixabay /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Bagi sebagian orang tetap di rumah, menjaga jarak, memakai masker, atau berderma meringankan beban sesama bukan masalah. Baginya, satu-satunya masalah, bahkan diakuinya sebagai masalah terberat, adalah dilarang pulang kampung.

Orang-orang semacam ini konsisten menggunakan pulang kampung, tak pernah tergoda atau dipusingkan dengan diskursus gak jelas soal beda mudik dan pulang kampung, hanya karena menghargai tempat kelahirannya sebagai kampung (halaman) bukan sebagai udik.

Baca Juga: Bergabung dengan Persib sejak 2017, Henhen Herdiana Catatkan Musim Terbaiknya pada 2018

Mengapa dilarang pulang kampung ditempatkannya sebagai masalah terberat ? Sebagai orang yang menyadari resiko pandemi, norma subjektif, dan sikapnya yang positif terhadap upaya pencegahan telah membuatnya tidak melakukan sesuatu yang bisa menulari atau membuatnya tertular.

Lebih dari itu, sebagai orang yang update soal corona dan taat pada anjuran pemerintah dia mengerti betul mengapa larangan ini keluar. Sebagai orang yang mengaku sangat sadar potensi ancaman wabah korona dia paham betul aktivitasnya pulang kampung dapat menebar bahaya.

Baca Juga: Akibat Pandemi Covid-19, Petani Sayuran Sulit Jual Hasil Panen

Baginya pulang kampung bukan sekedar ritual tahunan untuk melepas rindu, meski percaya betul pepatah 'zur gibban tuzdadu hubban' (jarak akan menambah kerinduan).

Juga tidak pernah terlintas dalam benaknya menjadikan pulang kampung sebagai ajang pamer, sebab percaya betul kesehatan lebih utama daripada kekayaan (as-shihhah afdhalu minas-tsurah).

Baca Juga: Serie A Bersiap untuk Digelar Lagi, Menteri Olahraga Italia: Belum Saatnya Bicara soal Itu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat