kievskiy.org

Agama dan Budaya, Mengingat Pemikiran Gus Dur tentang Pribumisasi Islam

Sejumlah santri menanam bibit tanaman buah saat melaksanakan program Shodaqoh Alam di kompleks  Pondok Pesantren Al Musthofa Tebuireng 16 Desa Wadas, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023). Penanaman pohon diwajibkan bagi santri yang akan mengikuti khataman sebagai bentuk pelestarian alam sekaligus untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di kalangan pesantren.
Sejumlah santri menanam bibit tanaman buah saat melaksanakan program Shodaqoh Alam di kompleks Pondok Pesantren Al Musthofa Tebuireng 16 Desa Wadas, Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (12/3/2023). Penanaman pohon diwajibkan bagi santri yang akan mengikuti khataman sebagai bentuk pelestarian alam sekaligus untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di kalangan pesantren. /Antara/Anis Efizudin

PIKIRAN RAKYAT - Membaca buku karya Dr. Agus Maksum, M.M., M. Pd. berjudul “Agama dan Budaya dalam Transformasi Sosial” ini sangat menarik. Betapa tidak, walau bukan pemikiran baru, tulisan ini juga semakin mengingatkan kita bahwa ketika agama bersentuhan dengan budaya suatu daerah atau negara, maka tampilan keberagamaan akan beragam.

Buku ini mengingatkan saya pada ide besar dari tokoh besar yang sangat berpengaruh di Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tentang ide Pribumisasi yang pada konteks tertentu, misalnya budaya, tidak selalu berarti Arabisasi. Tentu jargon 'Islamisasi Yes, Arabisasi No' adalah sebuah keniscayaan walaupun tak semuanya menyepakati.

Ide Pribumisasi Islam yang digagas Gus Dur bersentuhan dengan persoalan budaya, ketika Islam 'berdialog' dengan budaya suatu negara atau daerah. Pribumisasi dilakukan agar kita tidak tercerabut dari akar budaya setempat.

Di sisi lain, kecenderungan Arabisasi bukan saja membuat kita terasing dengan budaya sendiri, tetapi banyak hal yang sering tidak berkorelasi, bahkan bertentangan, dengan tujuan. Sehingga, ada kata-kata Gus Dur yang terkenal dan diabadikan sampai sekarang, "Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita menjadi budaya Arab".

Baca Juga: Profil Gus Dur, Presiden Keempat Indonesia Berjuluk Bapak Pluralisme

Agama dan Budaya: Realitas Sosial

Adalah keniscayaan bahwa dalam praktiknya ada ritual-ritual agama yang bermuara menjadi budaya. Sebaliknya, ada pula budaya (tradisi) yang berisi nilai-nilai agama.

Selain itu, realitas kehidupan bermasyarakat terbangun atas konfigurasi sosial yang terbentuk dari identitas-identitas kelompok dari berbagai stratifikasi masyarakat yang ada seperti kelompok keagamaan, organisasi sosial keagamaan, etnisitas, profesi dan sebagainya. Keadaan tersebut terus berkembang dan mengalir seiring waktu, begitu juga perubahan sosial akan selalu terus terjadi di setiap waktu dan tentunya sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman pada masyarakat itu.

Ada dinamika di situ, tetapi budaya suatu daerah idealnya tetap dipelihara sepanjang tidak bertentangan dengan agama (Islam) dan terus dilestarikan. Ini yang kemudian mengemuka dalam pemikiran besar Gus Dur tentang Pribumisasi Islam.

Baca Juga: Haul Gus Dur, Yahya Cholil Staquf: Kita Akan Butuh Sosoknya 100 Tahun ke Depan

Ide Pribumisasi

Pada tulisan Greg Barton, sedikitnya ada lima elemen dalam pemikiran Gus Dur. Pertama, progresif dan bervisi jauh ke depan dengan harapan pasti bahwa bagi Islam dan masyarakat muslim sesuatu yang terbaik pasti akan datang. Kedua, pemikirannya sebagian besar merupakan respons terhadap modernitas. Ketiga, posisi sekularisme ketuhanan yang ditegaskan dalam Pancasila merupakan dasar yang paling mungkin dan terbaik bagi terbentuknya negara Indonesia yang modern. Keempat, pemahaman Islam liberal yang terbuka dan toleran terhadap perbedaan serta sangat peduli dalam menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Kelima, pemikirannya mewakili perpaduan Islam tradisional, modern, dan kesarjanaan Barat modern yang berusaha menghadapi tantangan modernitas, baik kejujuran intelektual yang kuat maupun dengan keimanan yang kuat terhadap kebenaran Islam yang sebangun dengan pandangan liberalisme.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat