kievskiy.org

Banyak Petani di Jawa Barat Sengsara, Ridwan Kamil Lebih Sibuk Berpolitik Ketimbang Urus Pertanian

Petani berjalan di tengah sawah dengan latar belakang Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Kota Bandung, 16 Maret 2022.
Petani berjalan di tengah sawah dengan latar belakang Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Kota Bandung, 16 Maret 2022. /Pikiran Rakyat/Yusuf Wijanarko

PIKIRAN RAKYAT - Jawa Barat dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional. Sekira 17 persen produksi padi nasional disumbang oleh hasil jerih payah para petani Jawa Barat. Sayangnya, dalam kenyataan sehari-hari, petani di Jawa Barat masih hidup penuh dengan kenelangsaan.

Petani, khususnya mereka yang berlahan sempit, masih saja terjebak dalam suasana hidup sengsara. Hasrat untuk mengubah nasib masih sangat susah untuk diwujudkan. Pendapatan harian mereka belum bisa membebaskan mereka dari kemiskinan. Dengan penghasilan sekira Rp500 ribu per bulan, petani masih pantas disebut hidup di bawah garis kemiskinan. Petani gurem dan buruh tani, betul-betul tercatat sebagai masyarakat yang kondisi kehidupannya masih mengenaskan.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, pembangunan pertanian di Jawa Barat, khususnya tanaman padi, benar-benar terlihat cukup menyedihkan. Berbagai pihak menyatakan strategi perencanaan pembangunan pertanian terkesan amburadul.

Para penentu kebijakan yang bertanggung jawab terhadap pertanian, terlihat seperti kurang serius menangani sektor pertanian. Hampir tidak ada terobosan cerdas yang dilahirkan. Mereka lebih mengandalkan kepada kebijakan dan program yang diluncurkan Pemerintah Pusat. Begitu pun dengan politik anggaran yang dikucurkan.

Baca Juga: Pakar Pertanian Sebut Gandum Akan Jadi Makanan Pokok Orang Indonesia pada 2045

APBD provinsi dan kabupaten/kota, umumnya hanya menggugurkan kewajiban. Anggaran Daerah yang digunakan untuk sektor pertanian rata-rata di bawah angka 5 persen. Dengan proporsi dana sebesar itu, mana mungkin Jawa Barat akan mampu menjadi juara di bidang pertanian, terutama yang berkaitan dengan peningkatan produksi padi.

Jadi, Visi 'Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin melalui Inovasi dan Kolaborasi", di bidang pertanian atau pangan, lebih cocok disebut sebagai cita-cita ketimbang realita. Bagaikan mengecat langit daripada menapak bumi.

Pejabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menerima Kujang Pusaka dari Ridwan Kamil sebagai simbol penyerahan kekuasaan dan tanggungjawab.
Pejabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menerima Kujang Pusaka dari Ridwan Kamil sebagai simbol penyerahan kekuasaan dan tanggungjawab.

Ridwan Kamil sibuk berpolitik

Lebih sedihnya lagi, suasana yang memilukan ini dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja oleh para petinggi di Jawa Barat. Bahkan, mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) yang baru mengakhiri masa jabatannya itu, selama ini lebih banyak mengurusi hasrat politiknya untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden, ketimbang berinovasi untuk menggenjot produksi padi ataupun berjuang keras untuk meningkatkan kesejahteraan para petaninya.

Pengganti RK saat ini adalah Bey Triadi Machmudin atau Kang Bey yang langsung ditunjuk Presiden Jokowi menggantikan RK yang masa jabatannya telah berakhir tiga pekan lalu. Dipilihnya Kang Bey itu tentu bukan tanpa alasan. Presiden Jokowi tentu telah melakukan pengkajian mendalam terhadap tiga calon yang diajukan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat