PIKIRAN RAKYAT - Menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden pada 14 Februari 2024 mendatang, berbagai upaya dilakukan oleh pasangan calon dan tim pemenangan untuk menggaet suara masyarakat. Dari berbagai metode yang digunakan, gerakan “Desak Anies” merupakan salah satu yang menarik untuk diamati.
Jika pada umumnya metode yang kebanyakan digunakan oleh paslon bersama tim pemenangan pada umumnya bersifat non edukasi dengan cenderung menampilkan sosok capres maupun cawapres yang terlepas dari gagasan atau visi yang diusung, maka gerakan Desak Anies adalah kebalikannya.
Gerakan yang dipelopori oleh Generasi Milenial ini, bertujuan untuk menjembatani anak muda di seluruh Indonesia untuk lebih dekat berdialog dan bahkan menguliti isi kepala dari calon presiden Anies Baswedan.
Sebagaimana diketahui bahwa pada Pemilu 2024 mendatang, suara anak muda (17-40 tahun) merupakan mayoritas pemilih dengan kisaran jumlah 106,3 juta atau 52 persen dari total 204.807.222 pemilih sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Baca Juga: Anies Ogah Datangi IKN: Kita Kampanye ke Tempat yang Ada Orangnya, Kan Cari Suara
Seperti halnya narasi perubahan yang diusung oleh pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 tersebut, gerakan Desak Anies menjadi gerakan perubahan (kampanye) ala anak muda.
Gerakan Desak Anies yang telah dilaksanakan di hampir semua provinsi di Indonesia ini cenderung lebih rasional dan edukatif dibandingkan dengan metode branding melalui narasi seperti “Gemoy” yang cenderung hanya menjadikan anak muda sebagai objek pada Pemilu.
Melalui kegiatan Desak Anies, para pemuda yang merupakan mayoritas pemilih di Pemilu 2024 mendatang bisa lebih dekat mengetahui secara langsung dan mendalami mengenai gagasan yang diusung oleh Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Secara rasional, gerakan Desak Anies ini dapat memberikan keyakinan kepada generasi muda akan layak atau tidaknya Anies sebagai calon untuk terpilih pada Pemilu 2024 mendatang.