PIKIRAN RAKYAT - Kemarin siang kita menyaksikan pemakaman sesepuh kita Mang Ihin. Disemayamkan dengan khidmat dan penuh rasa hormat di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Kota Bandung.
Kepergian almarhum meninggalkan kisah manis yang tidak cukup ditulis dalam 10 atau 20 buku saja. Pelajarannya tentang menata kehidupan banyak sekali.
Rakyat Indonesia mengenalnya dengan akrab. Betapa tidak, Letjen (Purn) Solihin Gautama Purwanegara adalah tokoh yang di manapun ia ditempatkan selalu bergaul akrab dengan masyarakat.
Pak Ihin nyaris sepenuh hidupnya diserahkan untuk pengabdian kepada tanah air ini. Kepada saya sebenarnya ia sudah mengatakan, lelah (wawancara Juli 1976). Betapa tidak. Usai kemerdekaan 1945, setumpuk tugas harus diselesaikannya.
Baca Juga: Sungguh Menyedihkan Melihat Rakyat Terengah-engah untuk Sekadar Memenuhi Kebutuhan Pokoknya
Beberapa di antaranya ia sebut. Tugas mengatasi pemberontakan Kartosuwiryo di Jabar. Kemudian ia harus ke Tapanuli, Manado. Lalu ia memimpin kontingen Indonesia ke Kongo. Setelah itu ia harus terjun di Irian Barat. Menumpas pemberontakan Kahar Muzakar.
Diangkat sebagai Pangdam Hasanuddin, ia kemudian ikut menyelesaikan Orde Lama dan Gestapu PKI. Menjadi Gubernur AKABRI (1968-1970), kemudian menjadi Gubernur Jabar selama lima tahun (1970-1975).
Usai menjadi Gubernur Jabar, ia sempat "beristirahat" selama dua tahun. Setahun setelah ia mengatakan "sudah lelah", ternyata ia memperoleh jabatan lagi. Pak Harto mengangkatnya sebagai Sesdalopbang. Sehari-hari ia berkantor di Bina Graha.
Baca Juga: Rakyat Sudah Lelah Disuguhi Banyak ‘Drama' Setiap Pemilu Berlangsung
Walau tugas sehari-harinya dekat dengan mantan Presiden RI kedua, tetapi ia tetap konsisten pada sikapnya. Ia tetap kritis. Ia tetap sederhana. Sikap itu tetap ia pertahankan sampai sekarang. Sehari-hari ia berpakaian putih-putih.