kievskiy.org

Ahli Epidemiologi Sebut Positif Corona di Pulau Jawa Bisa Capai 1 Juta Jika Tetap Mudik

BEBERAPA pemudik tengah menunggu bis di Terminal Cikarang, Kabupaten Bekasi, Senin (13/4/2020). Jelang diterapkannya pembatasan sosial berskala besar, sejumlah warga memilih pulang ke kampung halaman.*
BEBERAPA pemudik tengah menunggu bis di Terminal Cikarang, Kabupaten Bekasi, Senin (13/4/2020). Jelang diterapkannya pembatasan sosial berskala besar, sejumlah warga memilih pulang ke kampung halaman.* / TOMMI ANDRYANDY/PR

PIKIRAN RAKYAT - Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang akhirnya mengeluarkan kebijakan larangan mudik untuk mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19). Sebelumnya dalam beberapa diskusi, Pandu memang mengingatkan perlunya larangan mudik agar penyebaran virus corona tak makin mengkhawatirkan.

Kendati demikian, Pandu memberi catatan pada kebijakan tersebut. Di antaranya pemerintah harus tegas dan penerapannya merata di seluruh Indonesia. Jangan sampai penerapan larangan mudik ini seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“PSBB yang diterapkan di sejumlah daerah untuk menekan penyebaran Covid-19 tak berjalan efektif. Pemerintah tak punya manajemen yang baik untuk memastikan pembatasan berjalan secara benar,” kata Pandu, Selasa 21 April 2020.

Baca Juga: Pemerintah Belum Putuskan Penurunan Harga Bahan Bakar Minyak

Menurut dia ada beberapa indikator yang bisa dijadikan patokan keberhasilan PSBB. Indikator itu adalah apakah masih ada kerumunan, kemacetan, warga yang tak menggunakan masker, warga yang tak mencuci tangan, warga yang tak cek suhu tubuh, hingga ketersediaan fasilitas cuci tangan. Namun, Pandu mengatakan dari semua indikator ini, ia menilai pemerintah tak memiliki data pasti yang digunakan.

“Tak ada manajemen yang baik dalam pelaksanaan PSBB di tiap daerah. Semua kegiatan harus ada indikatornya," kata Pandu

Sebelumnya dia menegaskan kalau mudik tak dilarang maka kasus virus corona di Pulau Jawa bisa menembus angka satu juta saat Idul Fitri. Itu dengan perhitungan ada 20 persen atau sekitar 6,5 juta warga Jabodetabek yang mudik ke kampung halaman.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Larangan Mudik oleh Pusat Sesuai Aspirasi Pemprov Jabar

“Itu tidak termasuk kasus di wilayah Jabodetabek. Secara kumulatif, angka kasus akan bertambah hingga satu juta pada bulan Mei hingga Juni di Pulau Jawa di luar Jabodetabek sebab pemudik akan pulang kampung dan menjadi carrier virus corona," ujar Pandu.

Pandu menjelaskan bahwa estimasi kumulatif kasus positif virus corona bisa mencapai 1 juta jika 6,5 juta pemudik itu berada di kampung halaman selama tujuh hari. Sementara jika 6,5 juta warga ini tidak mudik, berdasarkan pemodelan Pandu, total kasus positif virus corona pada Mei dan Juni di Pulau Jawa selain Jabodetabek bisa mencapai 770 ribu.

“Sementara total kasus positif virus corona di Jabodetabek bisa mencapai 240 ribu pada Mei dan Juni mendatang,” ucap dia.

Baca Juga: Marak Penolakan Jenazah COVID-19, Pengusaha Muda Cianjur Hibahkan Tanah 200 Meter Persegi

Pandu juga membuat pemodelan estimasi penambahan kasus per hari di Pulau Jawa andai 6,5 juta warga Jabodetabek mudik. Kasus berpotensi bertambah hingga 40 ribu per hari. Sementara kasus di Jabodetabek bisa mencapai 10 ribu per hari lalu turun bertahap.

Kemudian, Jika 6,5 juta warga Jabodetabek tidak mudik, penambahan kasus per hari di Pulau Jawa bisa lebih sedikit, yakni 30 ribu. Ada selisih 10 ribu dibanding prediksi jika 6,5 juta warga Jabodetabek mudik.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat