PIKIRAN RAKYAT - Menjelang pelaksanaan Pemilu 2024, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) mengungkapkan satu gangguan yang tidak dapat hilang dan menjadi titik rawan. Permasalahan tersebut yaitu mengenai berita palsu atau hoaks.
Memasuki tahun politik, suasana cukup panas. Terlebih lagi, pelaksanaan Pemilu Serentak 2024 kurang dari satu tahun lagi.
Pada saat ini, para bakal calon Presiden (capres) sedang melakukan kampanye selain mencari pendamping untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Baik Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto belum memiliki pasangan yang akan berperan sebagai bakal calon wakil Presiden (cawapres).
Meskipun demikian, beberapa unggahan di media sosial cukup ketat. Beberapa unggahan juga menunjukkan adanya kabar palsu.
Menanggapi hal tersebut, ketua Bawaslu, Rahmat Bagja berujar jika hoaks adalah tantangan Pemilu yang tidak dapat terhindarkan. Terlebih pada saat ini yang masuk ke era digital dan dapat diakses oleh berbagai kalangan.
"Hoaks atau berita bohong merupakan variabel titik rawan dalam Pemilu dan pemilihan yang sifatnya tidak terhindarkan pada masa digitalisasi dewasa ini," kata Rahmat Bagja dilaporkan Antara.
Hoaks tersebut memberikan dampak negatif. Polarisasi di tengah masyarakat disebut merupakan dampak negatif dari berita palsu itu.
Baca Juga: Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 59, Lengkap dengan Tips Lolos Tes
"Apabila hoaks tidak dapat ditangani, maka dapat menurunkan kredibilitas dan integritas penyelenggaraan Pemilu. Hal tersebut akan berakibat pada kualitas Pemilu yang menurun dan merusak rasionalitas pemilih," ujar Rahmat Bagja.