PIKIRAN RAKYAT - Saat ini, Indonesia sedang dilema dalam menyikapi konflik Israel-Palestina.
Pakar Hubungan Internasional Universitas Mataram (Unram), Nusa Tenggara Barat, Lalu Putrawandi Karjaya menilai, agak sulit untuk mengambil sikap tegas, sebab posisi Indonesia terjebak di tengah-tengah.
"Ini bukan masalah kita mau memihak siapa, tapi kita juga punya otoritas keamanan nasional, dan itu yang harus kita jaga," katanya.
Jika tegas memboikot Israel, maka ada konsekuensi yang menanti, termasuk evaluasi kerja sama dengan sejumlah negara di Eropa. Sebaliknya, jika mendukung Israel, sangat mungkin terjadi perpecahan yang berhubugan dengan negara Arab.
Baca Juga: Menilik Bio Media Sosial Anies, Ganjar, dan Prabowo, Pengamat Bahas Pilihan Diksi dan Transparansi
"Indonesia harus memikirkan, masyarakat juga harus paham posisi Indonesia. Di satu sisi, kalau misalnya kita ingin memboikot Israel, maka kita akan berhadapan dengan Israel dan sekutu-sekutunya di Eropa," ujarnya dilansir dari Antara.
Secara umum, sikap Indonesia memang cenderung mendukung kemerdekaan dan berpihak kepada Palestina. Namun jika memperlihatkan keberpihakan yang lebih nyata, imbasnya akan langsung terasa bagi politik luar negeri Indonesia.
"Kalau kita kemudian membela Palestina dalam bentuk pernyataan atau implikasi langsung terhadap produk-produk Israel yang notabene kepanjangan tangan Amerika dan negara-negara barat, maka hubungan politik luar negeri, ekonomi dan perdagangan kita tentunya akan terganggu," katanya.
Alasan-alasan itulah yang membuat Indonesia hanya memperlihatkan keberpihakan terhadap Palestina dalam bentuk narasi, belum mengambil tindakan yang nyata.