kievskiy.org

Debat Capres Cawapres Ibarat Reality Show, Hanya Pengaruhi 1-2 Persen Swing Voters

Debat capres 2024.
Debat capres 2024. /Antara/Galih Pradipta

PIKIRAN RAKYAT – Debat capres-cawapres edisi kelima, yang juga menjadi debat terakhir, akan diadakan pada Minggu 4 Februari 2024 dengan membahas beragam topik, termasuk kesejahteraan sosial kebudayaan, teknologi informasi, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Para tim sukses capres-cawapres optimistis bahwa debat terakhir, bersama dengan serangkaian debat sebelumnya, dapat berpengaruh secara signifikan, membujuk pemilih yang masih meragukan atau mengambang untuk menentukan pilihannya. Meskipun demikian, para pengamat menekankan bahwa dampak dari debat ini tergantung pada pemilihnya.

Menurut Silvanus Alvin, seorang pengamat komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara, debat capres-cawapres dipandang masih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pilihan, terutama bagi pemilih yang masih membuka kemungkinan untuk berubah atau swing voters. Bagi mereka yang sudah menentukan pilihan, debat berfungsi sebagai peneguhan atas pilihan mereka.

"Kelompok yang sudah menentukan pilihan lebih ingin melihat bahwa 'jagoannya' memberikan performa terbaik di panggung debat," ujar Silvanus. Debat terakhir menjadi kesempatan terakhir bagi para kandidat untuk meyakinkan pemilih dan memberikan penekanan pada isu-isu kunci.

Baca Juga: 50.000 Orang Tanda Tangani Petisi Desak PSSI Perpanjang Kontrak Shin Tae-yong di Timnas Indonesia

Debat Capres dan Cawapres Ibarat Reality Show

Debat ini juga dianggap sebagai salah satu referensi bagi pemilih yang masih meragukan pilihannya. Capres dapat menggunakan debat terakhir untuk memperjelas posisi mereka dalam isu-isu krusial dan menanggapi kritik yang mungkin muncul selama kampanye.

Kendati demikian, Silvanus Alvin mengatakan dalam dalam beberapa kajian komunikasi politik, publik lebih fokus melihat sisi personal serta karakter dari kandidat daripada orientasi pada isu-isu utama.

“Bahkan, ada pula riset yang menegaskan bahwa debat capres-cawapres ibarat reality TV Show,” terangnya.

“Oleh karena itu, aspek visual dalam debat menjadi penting, mulai dari ekspresi wajah serta gestur, maupun penampilan busana sangat dinantikan. Hal tersebut pun menjadi daya tarik baik media pers dan publik,” sambungnya.

Sementara itu, Hamdi Muluk, Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, menilai bahwa debat capres-cawapres sulit dijadikan tradisi politik yang memiliki dampak besar, terutama karena minimnya pendirian masing-masing kandidat berbasis ideologi dan kebijakan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat