kievskiy.org

Perangkap Impor Beras: Petani Tertindas, Pemerintah 'Kecanduan', Negara Agraris Kehilangan Kedaulatan Pangan

Ilustrasi beras.
Ilustrasi beras. /Pixabay/lightluna94

PIKIRAN RAKYAT - Pengajar di Insitut Pertanian Bogor, Profesor Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa penurunan produksi gabah di Indonesia setiap tahun rata-rata mencapai 1 persen. Penurunan ini konstan terjadi, karena petani enggan terus-menerus menanggung kerugian sebab harga jual tak sebanding dengan biaya produksi.

”Selama 10 tahun terakhir, petani merasakan kerugian pada lima tahun di antaranya. Lalu buat apa mereka menanam padi? Itu yang membuat banyak dari petani berhenti menanam padi,” tuturnya pada Februari 2024.

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu mengungkapkan, kerugian dipicu kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan konsumen ketimbang petani. Wujud dari ketimpangan itu terwujud dalam harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen yang dipatok lebih rendah daripada biaya produksi yang ditanggung petani.

Pada saat ini, HPP gabah kering panen berada di nominal Rp5.000 per kilogram. Sebagai perbandingan, biaya produksi yang dikeluarkan petani pada 2022 mencapai Rp5.700 kilogram.

Sebab enggan rugi, banyak petani tidak bersedia bertransaksi dengan Bulog. Konsekuensi dari kecenderungan yang menahun ini pun membuat Bulog harus memenuhi kuota cadangan beras melalui skema impor.

“Dengan kapasitas gudang mereka sekarang, Bulog sebenarnya mampu menyimpan sektar 3 juta ton beras atau 10 persen dari produksi gabah nasional,“ ucap Dwi Andreas Santosa.

“Akan tetapi, 10 persen gabah nasional itu harus dibeli Bulog dengan harga yang wajar. Beras hasil penggilingan gabahnya lalu bisa mereka gunakan untuk mengintervensi pasar, terutama pada masa akhir tahun sampai awal tahun ketika harga beras cenderung naik. Idealnya seperti itu,“ ujarnya menambahkan.

Situasi dan peran Bulog yang tidak ideal seperti saat inilah yang membuat pemerintah tidak akan pernah memiliki solusi berkelanjutan untuk persoalan ketersediaan dan harga beras. Statusnya sebagai perusahaan umum membuat Bulog akan sulit membeli gabah kering dari petani lokal dengan harga yang bersaing dengan perusahaan swasta.

Selama bertahun-tahun terakhir, petani lokal lebih memilih menjual gabah kering mereka kepada swasta. Alasannya, hanya perusahaan besar yang mempu membeli harga gabah kering panen dengan margin keuntungan untuk petani.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat