PIKIRAN RAKYAT - Kehidupan warga Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, berubah. Hal itu tidak terlepas dari pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sukini, 50 tahun, warga Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Utara, adalah salah seorang yang kena dampak.
Tempat tinggalnya dihuni warga keturunan Suku Balik, Suku Paser, dan transmigran, berimpitan dengan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). Sukini tidak ikut bersukacita atas pembangunan IKN. "Di sini mau jadi kota, kalau kami mau diusir sama saja. Ndak melihat kami kota itu."
Sukini tidak sendiri, ada Syarariyah, 48 tahun, warga keturunan Suku Paser yang merasakan hal sama. Semula, Syarariyah dan suaminya girang saat mendengar kabar bahwa ibu kota akan pindah ke Penajam Paser Utara, tempatnya tinggal. Namun, kini perasaannya diliputi kekhawatiran. Dia khawatir akan tersingkirkan.
"Katanya nanti di IKN ini ada teknologi canggihnya, pakai motor listrik, kami ingin lihat itu IKN bagaimana nantinya," kata Syarariyah.
Tinggal menunggu waktu
Satu per satu warga Desa Bumi Harapan sudah digusur. Keluarga Syarariyah termasuk warga yang digusur. Kini, dia dan Sukini tinggal menunggu waktu.
Persoalannya, kata dia, proses penawaran ganti rugi disampaikan kepada warga satu per satu. Hal itu membuat warga sulit menggalang kekuatan untuk memperjuangkan haknya. Syarariyah bahkan kerap tidak mengetahui kapan tetangganya akan pindah dari Desa Bumi Harapan.
Ada pula warga yang terpaksa menjauh dari IKN lantaran uang ganti rugi yang diterima tak sebanding dengan harga tanah yang naik drastis.
"Sedih lah, dijauhkan dari keluarga kita yang tadinya dekat bisa ngumpul, bisa tahu kabar, dan lagi orangtua juga jauh," ucapnya, "sedikit-sedikit masyarakat di sini sudah tersingkir dengan IKN ini."