kievskiy.org

Merdeka Belajar Tidak Sebagus Kampus Merdeka Ramli : Kebijakan Merdeka Belajar Sebuah Kemunduran

MENDIKBUD Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar: Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, belum lama ini.*
MENDIKBUD Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar: Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, belum lama ini.* /Aprillio Akbar/ANTARA

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia Muhammad Ramli Rahim, menilai kebijakan Merdeka Belajar yang ditujukan untuk pendidikan dasar dan menengah tidak sebaik kebijakan Kampus Merdeka.

Kebijakan Merdeka Belajar dinilainya tidak sekomprehensif dengan apa yang tertuang dalam Kampus Merdeka.

Ramli mengatakan, konsep Kampus Merdeka telah dinyatakan sangat baik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Kampus Merdeka dinilainya mampu memicu perguruan tinggi dan mahasiswa untuk berkembang lebih baik.

Baca Juga: UNICEF Kirimkan 6 Ton Pasokan Masker dan Pakaian Pelindung ke Tiongkok Terkait Wabah Corona

"Kampus Merdeka menumbuhkan banyak harapan dan sejujurnya saya sebagai ketua umum Ikatan Guru Indonesia sangat cemburu dengan konsep Kampus Merdeka, yang jauh lebih maju dibanding Merdeka Belajar yang ditujukan untuk pendidikan dasar dan menengah," katanya, Jumat, 31 Januari 2020.

Menurutnya, bila mencermati waktu kerja Nadiem yang hampir menyentuh 100 hari, terlihat bila Nadiem lebih banyak memberikan konsep dan harapan pada pendidikan tinggi dibanding pendidikan dasar dan menengah.

 Untuk kebijakan yang menyasar pendidikan dasar dan menengah, ia menyebutkan, sampai saat ini definisinya masih belum lengkap.

Baca Juga: Dul Jaelani Dirawat di Rumah Sakit Namun Tak Dapat Kamar, Maia Estianty: Diinfus pun Duduk

"Di sanalah pangkal kecemburuan kami melihat konsep Kampus Merdeka untuk pendidikan tinggi," katanya.

Ia mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar adalah sebuah kemunduran. Hal ini ia katakan dengan merujuk kepada dibukanya 30% jalur prestasi pada PPDB 2020. Hal itu dinilainya hanya akan mengembalikan kasta-kasta sekolah dan menjauhkan cita-cita menjadikan semua sekolah sama baiknya.

Selain itu, penghapusan ujian nasional yang mundur setahun juga dinilainya sebagai bentuk keragu-raguan Nadiem dalam menerapkan pendidikan yang lebih baik. "Mengingat Ujian Nasional lebih banyak keburukannya dibanding sisi manfaatnya," katanya.

Baca Juga: Pemerintah Tetapkan Biaya Pejalanan Ibadah dan Fasilitas Haji 2020

Ramli mengatakan, satu-satunya hal baik dari konsep Merdeka belajar adalah penyederhanaan RPP. Penyederhanaan itu dikatakannya merupakan bagian dari usulan Ikatan Guru Indonesia pada 10 konsep revolusi pendidikan Indonesia pada bidang pendidikan dasar dan menengah.

Ia mengharapkan ada penyempurnaan lagi ke depannya atas konsep Merdeka belajar. Penyempurnaan itu dengan menitikberatkan kepada pendidikan dasar, menengah, dan PAUD.

"Memang memikirkan secara serius pendidikan dasar dan menengah, apalagi PAUD tidak banyak berpengaruh terhadap kinerja Kementerian. Karena hasilnya tidak terlihat dalam waktu dekat, akan terlihat dalam jangka waktu yang masih sangat lama. Tentu saja Ini sangat berbeda dengan pendidikan tinggi yang dapat langsung dirasakan dalam beberapa waktu ke depan," katanya.

Baca Juga: Akses Jalan Baru Pemecah Kemacetan Pekayon Bekasi Dioperasikan Hari Ini

Ramli menilai, pendidikan dasar dan menengah selama ini adalah bagian yang paling besar masalahnya di Kemdikbud dan dunia pendidikan. Namun saat ini, masalah itu dinilainya tertutupi oleh isu dan kebijakan pendidikan tinggi yang jauh lebih baik.

Ramli mengatakan, berdasarkan kondisi tersebut, pembagian pendidikan dasar dan menengah ada baiknya dipikirkan untuk kembali dipisah. Atau cara lainnya, ditunjuk wakil menteri pendidikan yang khusus menangani pendidikan dasar dan menengah.

"Sehingga ketimpangan konsep antara pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi mampu dituntaskan," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat