kievskiy.org

Pendidikan Okupasi Terapi Langka, tapi Kebutuhannya Tinggi

MAHASISWA Okupasi Terapan Universitas Indonesia tengah praktikum.*
MAHASISWA Okupasi Terapan Universitas Indonesia tengah praktikum.* /DOK. Universitas Indonesia

PIKIRAN RAKYAT – Pendidikan okupasi terapi termasuk langka diselenggarakan di perguruan tinggi.

Namun lulusannya banyak terserap di dunia kerja karena kebutuhannya yang tinggi.

Okupasi terapi adalah salah satu profesi kesehatan yang membantu individu yang mengalami keterbatasan baik fisik atau mental untuk mampu mandiri di tiga area, yaitu produktivitas, aktivitas keseharian dan pemanfaatan waktu luang.

Baca Juga: Imbas Virus Corona COVID-19, Perdana Menteri Italia Putuskan Karantina 16 Juta Warganya

Diketahui, hanya ada pendidikan tinggi yang menyelenggarakannya, yaitu Universitas Indonesia dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Ketua Program Studi Okupasi Terapi Vokasi UI Gunawan Wicaksono mengatakan, hanya ada dua pendidikan tinggi yang memiliki jurusan ini.

Namun kebutuhan akan tenaga ahli OT dikatakannya sangat mendesak.

Baca Juga: Panic Buying Virus Corona Terjadi di Cianjur, Kepolisian Awasi Penjualan Masker

Ia menyebutkan hasil kajian tracer study yang dilakukan UI pada tahun 2019. Kajian tersebut menunjukkan daya serat lulusan okupasi terapan adalah 100%.

"Artinya, seluruh lulusan program studi okupasi terapi diserap di dunia kerja dalam waktu 0-3 bulan dari waktu mereka lulus. Bahkan 80% diantaranya telah terikat dinas dengan industri saat mereka masih berkuliah semester 5 dan 6," katanya, Sabtu, 7 Maret 2020.

Ia menyebutkan, mahasiswa okupasi terapi di Vokasi UI memiliki keahlian penanganan okupasi terapi pada ruang lingkup pediatri (anak), geriatri (lansia), psikososial (gangguan jiwa), gangguan fisik, dan kesehatan kerja.

Baca Juga: Ikut Rayakan International Women's Day, Hannah Al Rashid Serukan Kesetaraan Gender

Selain melaksanakan terapi, lulusan OT Vokasi UI juga mampu membuat alat bantu bagi pasien seperti alat bantunya seperti splint, modifikasi alat makan, dan sebagainya.

"Animo kebutuhan tenaga kesehatan di bidang OT masih sangat tinggi karena dalam kondisi ideal, 1 orang pasien perlu ditangani sekurangnya selama 60 menit," katanya.

Selain itu, ia mengatakan, regulasi juga mengatur bahwa setiap Rumah Sakit minimal tipe C, Klinik, Sekolah-sekolah Inklusi, sekolah anak berkebutuhan khusus, dan yayasan yang bergerak di bidang geriatric harus memiliki layanan okupasi terapi.

Baca Juga: Srikandi Demokrasi Indonesia: Kelangkaan Akibat Ulah Mafia Masker, Manfaatkan Jahe dan Kunyit

Ia menambahkan, pada saat bersamaan, pihaknya memiliki Program Beasiswa dari mitra Vokasi, Beasiswa itu memberi kesempatan mahasiswa untuk berkarier di Rumah Sakit/Klinik yang bermitra.

"Sebut saja salah satunya Hermina Group, mereka memberikan beasiswa kepada mahasiswa kami yang duduk di semester 5 dan 6 untuk kemudian bekerja di jaringan rumah sakit yang dimilikinya," kata dia.

UI telah memiliki program studi OT sejak tahun 1997 dan pada tahun 2008 masuk di bawah naungan Vokasi UI.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat