kievskiy.org

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern yang Mementingkan Kebahagiaan Jiwa

Ilustrasi dokter. Yuk simak profil Ibnu Sina Bapak Dokter Modern.
Ilustrasi dokter. Yuk simak profil Ibnu Sina Bapak Dokter Modern. /Pixabay/DarkoStojanovic Pixabay/DarkoStojanovic

PIKIRAN RAKYAT – Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin al-Hasan bin Ali bin Sina atau biasa dikenal dengan nama Ibnu Sina merupakan salah satu ahli filsafat, cendekiawan, dokter, sekaligus pengarang buku. Di Eropa, ia disebut dengan julukan “Avicenna”. 

Lahir pada masa kerajaan Samaniah, pada tahun 980 Masehi, di sebuah desa dekat Bukhara yang bernama Afshana (sekarang dikenal sebagai wilayah Uzbekistan).

Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 dan dimakamkan di Hamadan, tempat ia mengemban ilmu kedokterannya. Semasa hidupnya Ibnu Sina tidak pernah menikah, hingga akhir hayatnya ia mendedikasikan dirinya sebagai seorang yang bermanfaat bagi banyak orang.

Kebanyakan orang menyebutnya sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Kitab Penyembuhan dan Al-Qanun fi At Tibb (Prinsip-prinsip Kedokteran) adalah dua dari banyaknya karya yang dilahirkan.

Baca Juga: Sejarah Tempe, Makanan Tradisional Indonesia yang Telah Ada Sejak Abad Ke-16

Ayahnya bernama Abdullah seorang pejabat kerajaan yang disegani pada masanya, ibunya bernama Setareh yang berasal dari Bukhara (Iran), dan adiknya bernama Mahmoud lahir setelah Ibnu Sina berumur lima tahun. Dibesarkan di keluarga Muslim, Ibnu Sina mendalami ilmu agama sedari kecil dan menjadi penghafal Al-Qur’an sejak usia sepuluh tahun.

Tak hanya itu, ia juga gemar menuntut ilmu, di umur yang belia ini ia giat mempelajari berbagai ilmu di antaranya  ilmu fikih, sains, matematika, geometri, tasawuf, dan masih banyak lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa Ibnu Sina memiliki kecerdasan dan kegigihan dalam mempelajari sesuatu hal.

Siapa sangka, sekalipun dirinya memiliki kecerdasan otak yang terbilang sempurna. Ia seperti manusia pada umumnya yang pernah mengalami kesulitan dalam belajar. Diketahui, Ibnu Sina telah menghabiskan sebanyak 40 kali untuk membaca buku tentang metafisika karya Plato. Ia mengulang-ulang bacaan tersebut, tetapi masih belum memahami isi dari buku tersebut.

Pada akhirnya, Ibnu Sina berhasil memahami tentang ilmu Metafisika melalui buku betajuk “On the Purpose of the Metaphysics” karya ilmuwan tersohor Al-Farabi. Buku tersebut ia beli tanpa sengaja ketika bertemu seorang pedagang buku dengan harga tiga dirham saja.

Baca Juga: Profil Kobe Bryant, Legenda Basket dengan Akhir Hidup yang Tragis

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat