kievskiy.org

Meski Kelak Belajar Tatap Muka, Guru Tetap Perlu Beradaptasi dengan Teknologi Pembelajaran

Ilustrasi belajar.
Ilustrasi belajar. /PIXABAY/Picjumbo_com


PIKIRAN RAKYAT - Pembelajaran Jarak jauh selama lima bulan terakhir telah memaksa dunia pendidikan untuk bisa beradaptasi dengan teknologi.

Ke depannya, saat pembelajaran tatap muka kembali bisa diselenggarakan, teknologi pembelajaran yang telah digunakan bisa menjadi pelengkap kegiatan belajar mengajar.

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iwan Syahril mengatakan, penerapan metode belajar mengajar di masa pandemi virus corona dimulai dengan adopsi teknologi yang luar biasa.

Baca Juga: Cimahi Kembali Jadi Zona Kuning dan Khawatir Muncul Klaster Baru, Ajay: Susun Regulasi Razia Masker

Sebelumnya, proses adopsi teknologi di ekosistem pendidikan Indonesia kerap terhalang oleh tingkat kecemasan penggunaan teknologi yang tinggi di kalangan pendidik.

Namun keharusan Pembelajaran Jarak Jauh selama masa pandemi memaksa kalangan pendidikan untuk menerapkan teknologi. "Ini menjadi sebuah lompatan. Memang hal yang tidak direncanakan," katanya dalam konferensi pers melalui webinar, Senin, 6 Juli 2020 petang.

Namun demikian, hal yang terpenting adalah peran guru tetap tidak tergantikan oleh teknologi. Kualitas dan kompetensi guru masih berperan penting dalam proses pembelajaran. "Teknologi hanyalah alat. Nanti tetap kuncinya adalah kualitas atau kompetensi guru memanfaatkan teknologi sehingga bisa menciptakan pembelajaran yang efektif kepada murid-muridnya," kata Iwan.

Baca Juga: Pedagang Pasar Stasiun Cimindi Asal Cimahi Positif Covid-19, Ajay: Mereka Tinggal di Pemukiman Padat

Menurutnya, saat ini terjadi momentum disruptif. Namun demikian, ia mengklaim, Kemendikbud tetap berkomitmen meningkatkan kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi. "Supaya guru tidak lagi merasa takut, asing, tingkat kecemasannya semakin menurun ketika memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada," ujarnya.

Iwan mengatakan, beberapa upaya telah dilakukan ke arah tersebut. Kemendikbud dikatakannya telah membuat laman daring guru berbagi yang merupakan ekosistem bagi para guru untuk belajar.

"Data per 3 Juli 2020, laman tersebut sudah diakses 5,9 juta kali, ada 950 ribu lebih pengunjung dan 1,2 juta pengguna yang mengunduh RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)," katanya.

Baca Juga: Pengamat: Warga DKI Jakarta Tidak Siap Hadapi New Normal

Guru-guru juga bisa berbagi artikel refleksi di laman tersebut. Sampai saat ini, katanya, telah ada 3.021 artikel yang terunggah. Selain itu, telah bergabung 560 komunitas dan telah diselenggarakan 172 aksi kolaborasi melalui Guru Berbagi. "Di sini juga termasuk aksi-aksi pelatihan penggunaan teknologi dalam PJJ," tuturnya.

Iwan menambahkan, laman Guru Berbagi diarahkan untuk menjadi platform berbasis crowdsourcing dimana para guru bisa saling belajar dan berkolaborasi. "Di sini kita berkolaborasi dengan banyak ekosistem untuk meningkatkan kompetensi, bukan saja dari guru tapi juga kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat secara umum, membahas, menyikapi berbagai strategi sehingga ada beberapa hal yang bisa saling menguatkan," tuturnya.

Iwan mengatakan, upaya terbaru untuk meningkatkan kompetensi guru adalah melalui webinar Guru Belajar yang tengah diselenggarakan selama sebulan ke depan. Ada dua topik per hari, mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK serta SLB, dalam webinar tersebut selama sebulan ke depan.

Baca Juga: Ketegangan India-China Bisa Berujung Pecahnya Perang

"Topik-topik ada yang bersifat umum dan khusus per kelasnya. Topik umum, misalnya, bagaimana dampak psikologis covid ke siswa, bagaimana fleksibilitas kurikulum selama pandemi, bagaimana strategi pendidik penyandang disabilitas di masa new normal," katanya.

Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Supriyanto mengatakan, pandemi virus corona  membuat hambatan belajar. Seluruh tempat tidak bisa belajar tatap muka di kelas, tapi harus belajar di rumah, memakai teknologi, menonton tv.

"Negatifnya ditemui hambatan mengajar. Tapi, di setiap kejadian selalu ada hikmah yang bisa diambil. Disrupsi memaksa kita untuk mengadopsi teknologi lebih cepat. Banyak guru dengan berbagai kesulitan - kita sampaikan empati - dengan susah payah belajar teknologi karena unsur terpaksa ini dan belajar sesuatu yang baru dengan alasan apapun, saya kira itu bagus," tuturnya.

Ia menambahkan, saat ini timbul kesadaran bahwa teknologi adalah sebuah sumber daya baru untuk memperkaya kreativitas belajar. PJJ telah membuka sumber-sumber cara belajar baru yang sebelumnya tidak dikenal.

Poinnya adalah hal yang positif ini kan tidak bisa berhenti ketika corona berhenti. Hal yang positif ini hendaknya bisa berlangsung terus. Kalau nanti sudah bisa tatap muka, teknologi membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Masa kita hilangkan karena tatap muka? Teknologi menjadi pelengkap dan menambah sumber daya pembelajaran, menambah alat untuk bisa belajar lebih efektif," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat