kievskiy.org

Versi Sejarah Berbeda, Pengacara: Petinggi Sunda Empire Harus Dibina Pemahaman Benar Bukan Dipidana

Pengadilan Negeri Bandung menggelar sidang eksepsi kasus hoaks Sunda Empire Selasa 30 Juni 2020.
Pengadilan Negeri Bandung menggelar sidang eksepsi kasus hoaks Sunda Empire Selasa 30 Juni 2020. /ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi

PIKIRAN RAKYAT - Sempat menghebohkan masyarakat Jawa Barat, kehadiran Sunda Empire menjadi sorotan publik pada saat itu.

Atas kasus Sunda Empire ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat mendakwa tiga petinggi kekaisaran fiktif Sunda Empire telah menyebarkan berita bohong atau hoaks yang menerbitkan keonaran di tengah masyarakat.

Tiga petinggi itu yakni, Nasri Banks sebagai Perdana Menteri, Raden Ratnaningrum sebagai Kaisar, dan Ki Ageng Ranggasasana sebagai Sekretaris Jenderal. Selain membuat keonaran, Jaksa juga mendakwa mereka telah merusak keharmonisan masyarakat Sunda.

Baca Juga: Tak Hanya Lalap Mobil, Api Juga Sempat Merambat ke Dinding Belakang Rumah Via Vallen

"Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat," kata Jaksa Kejati Jawa Barat, Suharja di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan L.L.R.E Martadinata, Kota Bandung, Kamis 18 Juni lalu.

Sementara itu, tim Pengacara para terdakwa kasus hoaks Sunda Empire menyampaikan bahwa klaim perbedaan versi sejarah merupakan hal yang lumrah terjadi dalam dunia keilmuan, saat sidang pembacaan eksepsi di Pengadilan Negeri Bandung, Selasa 30 Juni 2020.

Baca Juga: Tak Sendiri saat Manggung di Bogor yang Berujung Proses Hukum, Rhoma Irama Sebut Ada Artis Ternama

Pengacara terdakwa Sunda Empire, Misbahul Huda menilai hal tersebut seharusnya tidak dijadikan sebagai tindakan pemidanaan, melainkan harus diselesaikan dengan pendekatan dialog dan musyawarah.

"Dalam kasus ini, pendekatan yang lebih jelas dan tepat justru bukan pendekatan represif atau pemidanaan, melainkan pendekatan dialog, musyawarah, dan debat akademis. Di situlah baik para pegiat Sunda Empire maupun tokoh atau akademisi bisa saling beragumentasi mengenai klaim sejarahnya masing-masing berdasarkan bukti-bukti yang ada," kata Misbahul.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat