kievskiy.org

Festival Usik di Majalengka: Kenalkan Bela Diri Lama yang Mirip Samyong

Ujungan, bela diri mirip samyong yang festivalnya digelar di Majalengka.
Ujungan, bela diri mirip samyong yang festivalnya digelar di Majalengka. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah paguron (perguruan) bela diri di wilayah Kecamatan Maja dan Banjaran mengikuti festival ujungan yang diselenggarakan sebuah Padepokan Pencak Silat Ujungan Bunilaya Kuda Putih di Desa Cengal, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Minggu 7 Mei 2023.

Pimpinan padepokan tersebut, Taufik Hidayat, yang juga penyelenggara festival mengungkapkan, kegiatan ujungan dan silat dilakukan untuk memperkenalkan kembali kesenian yang nyaris dilupakan banyak masyarakat.

Pada kegiatan tersebut, Taufik tidak hanya menggelar ujungan, tetapi juga silat. Ia lantas menyebut kegiatan itu dengan “Festival Usik”. Usik yang dimaksud adalah bergerak yakni menggerakkan kesenian-kesenian yang nyaris dilupakan, makanya kegiatan yang digelarnya adalah sejumlah kesenian lama.

“Ada sekitar 10 peserta yang mengikuti pergelaran. Ini pertunjukan agar dikenal kembali anak atau remaja sekarang bahwa dulu ada kesenian bela diri ujungan,” ujar Taufik.

Baca Juga: Kampung Adat Cirendeu di Cimahi Lebih Pilih Rasi Dibanding Nasi, Jadi Bahan Pokok selama 84 Tahun

Ujungan adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Majalengka yang kini nyaris dilupakan generasi masa kini. Bahkan kesenian ujungan nyaris tidak dikenal lagi oleh masyarakat di Majalengka karena nyaris tak pernah dipergelarkan apalagi ada yang bersedia mementaskannya.

Jikapun dipergelarkan, hal itu hanya dilakukan pada momentum-momentum tertentu seperti  festival, adu ketangkasan domba sebagai acara pembuka, atau dipentaskan ketika ada tokoh yang peduli dengan kesenian tradisioal. Sedangkan di masyarakat, nyaris tidak pernah digelar ketika hajatan terkecuali yang menggelar hajatan adalah anggota paguron, itupun sekedar menyumbang pentas tanpa mendapat bayaran.

Menurut keterangan salah seorang budayawan di Majalengka, Rachmat Iskandar, kesenian ujungan adalah adu ketangkasan menggunakan alat peraga rotan yang sama halnya dengan sampyong. Pada zaman dulu, kegiatan itu biasanya dipergunakan untuk melakukan ritual memohon hujan.

Kisahnya berawal dari dua petani yang berebut air untuk mengairi sawah di saat musim kemarau, perkelahian mereka dilerai tokoh warga setempat namun tak berhasil, akhirnya kedua orang yang bertengkar dibekali kayu dan mereka saling pukul menggunakan kayu hingga luka-luka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat