kievskiy.org

Mengenal Pepengeng, Serangga yang Menjadi Makanan Lezat Warga Kertajati Majalengka

Ilustrasi olahan pepengeng dari Kertajati Majalengka.
Ilustrasi olahan pepengeng dari Kertajati Majalengka. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Di sejumlah desa di Kecamatan Kertajati pada pertengahan Januari hingga Februari, muncul serangga bernama pepengeng yang bisa diolah menjadi makanan lezat yang pengolahannya dilakukan seperti belalang. Munculnya serangga di bulan tersebut karena musim kawin.

Bedanya rasa pepengeng lebih lezat jika dibanding belalang karena berlemak, teksturnya lebih lembut, seratnya tidak sekasar belalang. Selain itu, kakinya lebih kecil namun badannya lebih besar serta sayapnya bisa dibuang terlebih dulu sebelum diolah dan dihidangkan.

Pepengeng adalah sejenis serangga anggota sub ordo cicadomorpha ordo homotera yang oleh sejumlah warga dikonsumsi dengan nasi. Ada pula yang mengonsumsi sebagai camilan karena rasanya yang khas dan gurih terlebih jika pengolahannya dibumbui asam dan sedikit lebih berasa asin atau ditambah cabai merah.

Ada olahan pepengeng di wilayah Kertajati yang dijual matang dikemas dengan plastik seharga Rp5.000 per bungkus berisi kurang lebih 40 ekor. Ada juga yang dijual mentah seharga Rp20.000 per botol isi 600 mm karena banyak konsumen yang ingin mengolahnya sendiri sesuai seleranya.

Baca Juga: Berani Coba Pepengeng Bumbu Balado? Makanan Olahan Tonggeret dari Majalengka

Menurut keterangan penjual pepengeng, Nanang (52) warga Desa Sukakerta, pepengeng hanya muncul dalam jumlah banyak di bulan Januari hingga Februari, karena di bulan tersebut, musimnya serangga kawin, setelah itu pepengeng hilang.

Pepengeng biasa berada di batang padi di sawah atau di batang tebu yang masih muda. Ketika pagi, serangga tidak terlihat karena bersembunyi di batang dan sulit dikenali karena warnanya hijau, sama dengan warna daun atau batang padi.

“Kalau di pohon tebu, (pepengeng) bersembunyi di dalam pangkal daun bagian pucuk, sedangkan di batang padi, (binatang itu) bersembunyi di rumpun padi sehingga sulit mengenali,” kata Nanang.

Menjelang senja hari atau menjelang waktu magrib, pepengeng baru muncul keluar menuju ujung pucuk daun padi atau tebu. Saat itulah, warga akan dengan mudah menangkap satu persatu serangga tersebut. Jika siang atau pagi hari, pencari pepengeng harus memiliki kepekaan pendengaran karena pepengeng pada pagi hari hingga siang tidak pernah terdengar bersuara apalagi keluar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat