kievskiy.org

Pelecehan Seksual: Korbannya Hanya Ingin Ditemani, Bukan Dihakimi

Ilustrasi pelecehan seksual.
Ilustrasi pelecehan seksual. /Pixabay/Gerd Altmann Pixabay/Gerd Altmann

PIKIRAN RAKYAT - Tindak pelecehan seksual dapat terjadi dimanapun dan kepada siapapun tanpa pandang bulu. Ironis sekali, dari maraknya kasus pelecehan yang terjadi, yang sering kita dengar bahwa penyebab di balik terjadinya kejadian tersebut adalah perempuan dan tidak sedikit korban yang memilih untuk diam. Lantas, apakah benar yang salah adalah perempuan?   

Tindak pelecehan seksual bisa terjadi baik lewat sentuhan fisik maupun nonfisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korbannya. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga menimbulkan reaksi negatif, rasa malu, marah, dan tersinggung pada diri orang yang menjadi korban pelecehan.

Dalam beberapa kasus pelecehan seksual, pelaku banyak yang menganggap sepele bahkan mengabaikannya. Padahal perilaku ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tidak sedikit korban pelecehan seksual yang mengalami trauma yang berkepanjangan. Lingkungan kampus dan transportasi umum menjadi tempat langganan seseorang melakukan tindakan pelecehan.

Menurut data dari Komnas Perempuan, terdapat 181 kasus pelecehan seksual yang tercatat pada tahun 2021. Data ini menurun dibanding kasus tahun 2019 yang memiliki 394 kasus. Namun, apakah isu ini memang benar-benar mulai berkurang atau korban yang lebih memilih bungkam?

Baca Juga: Cara Mencegah agar Anak Terhindar dari Pelecehan Seksual Menurut Ahli

Salah satu contoh korban pelecehan di kalangan publik figur ialah Widi Vierratale. Dalam podcastnya bersama Cinta Laura di kanal YouTube Deddy Corbuzier yang berjudul “Akhirnya Cerita!! Setelah Dia Simpan Lama Kejadian Ini”, Widi mengatakan bahwa ia merasa apa yang terjadi kepadanya adalah aib.

“Aku (Widi) merasa apa yang terjadi kepadaku adalah aib,” ujar Widii dalam podcast pada menit 15: 42.

Lalu dalam podcast tersebut, ia merasa menjadi korban tindak pelecehan merupakan aib. Ketika berbicara pun, dia merasa tidak didengar sehingga ketika melapor kepada pihak berwajib sekalipun, ia merasa tidak percaya diri dan berpikir pesimistis apakah betul akan dibantu atau laporannya hanya akan dicatat.

Menurutnya, menjadi korban tidak mesti berarti menuntut pelaku harus ditangkap oleh pihak berwajib, ia sebagai korban mengaku hanya ingin dirangkul, didukung, dan ditemani oleh keluarga dan orang sekitar, bukan malah dihakimi. Pasalnya tidak semua orang memiliki mental yang kuat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat