kievskiy.org

Laporan: Hubungan Arab Saudi-AS Semakin Renggang Sejak Invasi Rusia ke Ukraina, Diminta Banyak Produksi Minyak

Joe Biden dan Raja Salman (kiri).
Joe Biden dan Raja Salman (kiri). /dok Reuters via Arab News


PIKIRAN RAKYAT - Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi semakin renggang sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Laporan dari Wall Street Journal menyebutkan pemerintah AS ingin Arab Saudi memproduksi lebih banyak minyak agar dapat merusak sektor keuangan dan ekonomi Rusia.

Selain itu, kepentingan politik dan komersial Arab Saudi telah berubah secara signifikan. Riyadh kini menjadi pemasok minyak terbesar ke China.

Negara yang dipimpin Raja Salman itu kini tidak menjual minyak sebanyak yang mereka lakukan beberapa dekade lalu.

Baca Juga: 2 Tahun Berlalu Konflik Rusia-Israel Belum Berakhir, Vladimir Putin Mendadak Kirim Surat kepada Isaac Herzog

Para pejabat Saudi mengatakan mereka yakin risiko utama bagi Amerika Serikat terletak pada keselarasan Riyadh dengan China dan Rusia, menurut laporan itu, seperti dikutip dari Sputnik News, Rabu, 20 April 2022.

Mantan pejabat senior intelijen AS, Norman Roule mengatakan hubungan strategis antara AS-Arab Saudi tidak pernah dalam keadaan sulit seperti saat ini.

Sikap pemerintah AS terhadap pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi juga menjadi masalah serius yang mempengaruhi hubungan antara kedua negara. AS juga kurang berperan dalam bantuan melawan pemberontak Houthi Yaman.

Baca Juga: Runtuhnya Alfamart di Gambut, Bukti Manajemen K3 Tak Bisa Ditawar-tawar Lagi

"Putra mahkota Saudi Mohammed bin Salman kesal dengan tuduhan AS bahwa dia berperan dalam pembunuhan Khashoggi dan kesal dengan keputusan pemerintahan Biden untuk menghapus Houthi dari daftar organisasi teroris dan mengurangi dukungan untuk militer yang dipimpin Saudi dalam kampanye di Yaman", demikian laporan tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat