PIKIRAN RAKYAT - Afghanistan tengah menghadapi defisit anggaran sebesar 501 juta dolar AS atau setara dengan Rp7,3 triliun pada tahun keuangan ini.
Hal itu diungkap otoritas Taliban pada Sabtu, 15 Mei 2022, ketika mengumumkan anggaran nasional tahunan pertama sejak Taliban mengambil alih Afghanistan.
Namun mereka tidak menjelaskan bagaimana kesenjangan antara pendapatan yang diharapkan dan pengeluaran yang direncanakan akan dipenuhi.
Wakil Perdana Menteri, Abdul Salam Hanafi mengatakan pemerintah memperkirakan pengeluaran 231,4 miliar Afgani (Rp 38,5 triliun) dan pendapatan domestik 186,7 miliar Afgani (Rp 31,1 triliun).
"Penerimaan itu merupakan pungutan dari departemen yang terkait dengan bea cukai, kementerian, dan pertambangan, kata Juru Bicara Kementerian Keuangan, Ahmad Wali Haqmal.
Sejak invasi pimpinan AS ke Afghanistan tahun 2011, pemerintah yang didukung Barat secara berturut-turut sebagian besar mengandalkan bantuan Asing.
Pada Agustus 2021, pasukan asing menarik diri dari Afghanistan, yang menyebabkan runtuhnya pemerintah dan pengambilalihan oleh Taliban.
Baca Juga: Dilanda Lonjakan Inflasi, India Putuskan Mulai Setop Ekspor Gandum, Indonesia Terdampak?