kievskiy.org

Larangan TikTok Picu Perdebatan, Diduga Telah Ditunggangi Retorika Anti-Asia

Ilustrasi logo TikTok.
Ilustrasi logo TikTok. /Reuters/Dado Ruvic

PIKIRAN RAKYAT – Gelombang pemblokiran TikTok yang diprakarsai Amerika Serikat (AS) telah meluas ke berbagai negara. Di AS, ada wacana pelarangan aplikasi sepenuhnya atas alasan keamanan dan kecurigaan afiliasi perusahaan induk TikTok dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Akan tetapi di balik itu semua, ada kecurigaan bahwa wacana tersebut telah ditunggangi retorika anti-Asia yang belakangan melonjak di AS.

Pada dasarnya, perdebatan soal masa depan TikTok di Negeri Paman Sam telah menjadi perang proksi antara AS dan China. Ketengangan yang sama telah berperan dalam peningkatan kejahatan rasial dan diskriminasi anti-Asia di AS. Bagi warga Asia-Amerika, isu seputar TikTok dikelilingi banyak retorika xenophobia dan rasisme.

Contohnya terjadi baru-baru ini, dalam pertemuan yang melibatkan CEO TikTok Shou Zi Chew dan anggota kongres AS pada Maret lalu. Dalam pertemuan tersebut, Chew dicurigai menjalin koneksi pribadi dengan PKT hanya karena secara fisik ia beretnis China.

Baca Juga: PDIP Bagikan Twibbon Dukung Ganjar Pranowo Nyapres, Berakhir Kena Julid Netizen: Curi Start Kampanye Gak Sih?

Menurut grup advokasi Pacific Islander, pertanyaan yang diajukan kepada Chew sudah didasari asumsi bahwa ia berhubungan dengan PKT. Oleh karena itu, pertanyaan anggota kongres bernada personal dan tidak banyak bicara soal industri itu sendiri.

Dan Crenshaw dari Texas misalnya, mengatakan bahwa menurut hukum China setiap organisasi atau warga negara harus mendukung dan bekerja sama dengan intelijen negara.

“Dengan kata lain, ByteDance dan juga karyawan TikTok yang tinggal di China harus bekerja sama dengan intelijen kapan pun mereka dipanggil, termasuk juga Anda,” ujarnya kepada Chew dalam pertemuan Maret lalu.

Crenshaw lantas tampak abai ketika Chew menjelaskan bahwa ia adalah orang Singapura.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat