kievskiy.org

Pelepasan Limbah Nuklir Jepang Bertahap dalam 30 Tahun, 31.200 Ton hingga Maret 2024

Potret Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, setelah pelepasan limbah nuklir, 25 Agustus 2023.
Potret Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, setelah pelepasan limbah nuklir, 25 Agustus 2023. /REUTERS/Tom Bateman/ File Photo

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Jepang melalui TEPCO melakukan pelepasan limbah nuklir di perairan Samudra Pasifik, untuk menutup pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima Daiichi. Kendati mendapatkan banyak reaksi kontra, Jepang berencana terus melakukannya hingga tahun depan.

Sejak gempa bumi dan tsunami menghancurkan sistem pendingin pembangkit listrik dan menyebabkan tiga reaktor meleleh, air pendingin terkontaminasi yang digunakan pada reaktor rusak terus menerus bocor ke ruang bawah tanah bangunan dan bercampur dengan air tanah. Sebagian air didaur ulang untuk mendinginkan bahan bakar nuklir, sedangkan sisanya disimpan di tangki.

Hal ini akhirnya mendorong TEPCO untuk melepasnya ke laut saja. Pelepasan dimulai dengan jumlah harian sebesar 460 ton. TEPCO berencana melepaskan 31.200 ton air olahan bertahap perlahan, hingga akhir Maret 2024. Jumlah itu nantinya akan mengosongkan 10 tangki penyimpanan awal, sebab lokasi tersebut akan terus memproduksi air radioaktif.

Eksekutif TEPCO, Junichi Matsumoto mengatakan, kecepatan pelepasan harian akan ditambah di kemudian hari. Sekitar 1/3 tangki akan dipindahkan dalam 10 tahun ke depan, sehingga memberikan ruang untuk penonaktifan pabrik. Matsumoto bertanggung jawab atas pelepasan air limbah yang telah diolah itu.

Baca Juga: TKA China di Kalimantan Selatan Dibacok, Pelaku dan Korban Sempat Adu Jotos

Sekitar 880 ton bahan bakar nuklir cair radioaktif masih tersisa di dalam reaktor. Juru bicara TEPCO, Takahara mengatakan bahwa penyelidikan robotik telah memberikan beberapa informasi, namun status puing-puing yang mencair sebagian besar masih belum diketahui.

Dihadang berbagai bentuk protes, pemerintah Jepang tetap berpegang pada target awal, yaitu 30 hingga 40 tahun untuk menyelesaikan penonaktifan, tanpa menjelaskan lebih rinci terkait maksudnya.

Jadwal yang terburu-buru dinilai dapat menyebabkan lebih banyak paparan radiasi pada pekerja dan lebih banyak kerusakan lingkungan. Beberapa ahli mengatakan mustahil menghilangkan seluruh sisa bahan bakar yang meleleh pada tahun 2051 dan akan memakan waktu 50-100 tahun, jika pun memang bisa dicapai.

Mengelola peningkatan volume air limbah radioaktif yang disimpan di lebih dari 1.000 tangki telah menjadi risiko keselamatan dan beban sejak pembangkit listrik tersebut hancur akibat gempa bumi besar dan tsunami, pada tanggal 11 Maret 2011. Tangki-tangki itu sudah terisi hingga 98 persen dari kapasitasnya, yaitu 1,37 juta ton.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat