kievskiy.org

56 Masjid di Palestina Hancur, Sebulan Digempur Penjajah Israel

Masjid Al Amin Muhammad, yang berlokasi di Kota Khan Younis, di Jalur Gaza hancur akibat serangan Israel pada Minggu, 8 Oktober 2023.
Masjid Al Amin Muhammad, yang berlokasi di Kota Khan Younis, di Jalur Gaza hancur akibat serangan Israel pada Minggu, 8 Oktober 2023. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT - Gempuran penjajah Israel sudah lebih dari 30 hari. Sejak 7 Oktober 2023 hingga kini, dilaporkan ada 192 masjid di Palestina rusak, termasuk 56 yang hancur lantaran serangan negara itu.

"Akibat agresi Israel, 192 masjid telah rusak, termasuk 56 masjid yang hancur total, selain menargetkan tiga gereja," kata juru bicara Salama Marouf dalam konferensi pers di Gaza, seperti dilaporkan Antara. 

Di samping rumah ibadah, penjajah Israel juga merusak fasilitas umum. Dilaporkan, 192 fasilitas medis dan layanan kesehatan rusak, 32 ambulans hancur, dan 113 lembaga kesehatan rusak parah.

Kata dia, genosida di Palestina juga membuat 16 rumah sakit dan 32 pusat kesehatan tak lagi beroperasi. Sekira 222.000 tempat tinggal terkena dampak, 10.000 bangunan hancur total, dan 40.000 tempat tinggal hancur karena pembantaian yang dilakukan Israel.

Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta agar penjajah Israel menghentikan pembantaian warga sipil dan menyerang fasilitas sipil seperti rumah sakit serta rumah ibadah.

"Patuhi hukum humaniter internasional. Sekjen PBB pernah mengatakan, di dalam perang pun ada hukumnya,” tuturnya melalui rekaman video yang disampaikan Kementerian Luar Negeri, Senin, 6 November 2023.

Tak diberi bantuan

Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengungkapkan, selama sebulan genosida, orang-orang di Gaza tak diberi bantuan, dibunuh, dan dibom keluar dari rumah mereka.

"Perjuangan sehari-hari untuk menemukan roti & air. Pemadaman listrik memisahkan orang-orang dari orang-orang terkasih dan seluruh dunia. Ini adalah pengungsian paksa dan tragedi kemanusiaan dengan skala yang sangat besar," kata UNRWA via X.

Kementerian Kesehatan Gaza belakanga ini menilai, penjajah Israel menganggap diamnya komunitas internasional sebagai lampu hijau untuk melanjutkan pembantaian. Hal itu disampaikan pada Senin.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat