kievskiy.org

Roundup: Masjid Al Aqsa Diperketat Penjajah Israel dan Tekanan di Tepi Barat Meningkat

Tentara Israel di sekitar Masjid Al Aqsa.
Tentara Israel di sekitar Masjid Al Aqsa. /Reuters/Ammar Awad

PIKIRAN RAKYAT - Warga Palestina tak bisa leluasa untuk beribadah di Masjid Al Aqsa, Yerusalem Timur. Pasalnya penjajah melarang sebagian warga Palestina salat Jumat di kiblat pertama umat Islam itu selama 6 pekan berturut-turut.

Hanya sekira 4.000 warga Palestina dengan mayoritas lansia yang diperkenankan beribadah di Baitul Maqdis itu. Semula, jumlah jemaah yang biasa salat di sana mencapai 50.000 orang.

Kontrol ketat yang dilakukan penjajah di masjid itu membuatnya terbilang sepi karena jumlah jemaah yang turun drastis. Kendati demikian, penjajah tak memberi alasan pembatasan akses itu.

Warga Palestina terpaksa menunaikan salat Jumat di sejumlah jalan sekitar kawasan Kota Tua. Anadolu melaporkan, di kawasan Yerusalem Timur, terlebih di pintu masuk menuju Masjid Al Aqsa dan Kota Tua, penjajah dikerahkan secara besar-besaran.

Tepi Barat memanas

Pasukan penjajah Israel terus menggempur wilayah di Tepi Barat. Sejak 7 Oktober 2023, serangan yang dilakukan telah menewaskan lebih dari 200 warga Palestina.

Berdasarkan laporan jurnalis Al Jazeera, penjajah kepengin terus menekan warga Palestina di wilayah itu guna mencegah pembalasan atas kampanye militernya di Gaza. Kendati demikian, strategi itu dinilai bisa menjadi bumerang lantaran sikap di wilayah itu semakin keras.

Pada Jumat, 17 November 2023, pasukan penjajah menggerebek Rumah Sakit Al-Shifa. Petugas rumah sakit menyebut, 40 pasien tewas sejak 11 November 2023, termasuk di antaranya empat bayi prematur.

Berdasarkan kabar terbaru dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), serangan udara tengah malam di kawasan Nuseirat, Gaza tengah, telah menewaskan 20 orang. Serangan tersebut juga mengakibatkan sekira 140 orang terjebak di bawah reruntuhan.

"Pada 17 November, pihak berwenang Israel memberi tahu UNRWA bahwa mulai 18 November mereka akan mengizinkan masuknya 60.000 liter bahan bakar harian dari Mesir ke Gaza. Jumlah ini setara dengan 37 persen bahan bakar yang dibutuhkan badan tersebut untuk mendukung operasi kemanusiaan, termasuk distribusi makanan, dan pengoperasian generator di rumah sakit serta fasilitas air dan sanitasi," demikian laporan UNOCHA melalui situs webnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat