kievskiy.org

Pembunuhan Massal Anak-Anak secara Slow Motion di Gaza

Warga Palestina berkumpul untuk menerima sekantong tepung yang didistribusikan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), di tengah konflik, di Rafah di selatan Jalur Gaza 1 Februari 2024.
Warga Palestina berkumpul untuk menerima sekantong tepung yang didistribusikan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), di tengah konflik, di Rafah di selatan Jalur Gaza 1 Februari 2024. / REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT - Setidaknya tujuh anak telah meninggal di Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia, Gaza utara. Sementara yang lain dalam kondisi kritis. Situasi di sana dilaporkan memburuk akibat kelaparan, kekurangan gizi, dan dehidrasi yang menyebar.

Militer Israel penjajah telah membatasi pengiriman pasokan kemanusiaan ke Gaza utara selama berminggu-minggu. Ribuan anak-anak pun bertahan hidup tanpa makanan dan obat-obatan yang cukup.

"Apa yang kita saksikan di Gaza saat ini adalah pembunuhan massal anak-anak dalam gerakan lambat (slow motion)," kata kepala kebijakan kemanusiaan dan advokasi di Save the Children International, Alexandra Saieh pada Kamis 29 Februari 2024.

Anak-Anak Menyerah

Jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang Israel penjajah di Gaza mendekati 30.000 orang. Pada Selasa 28 Februari 2024 sore dan Rabu 29 Februari 2024 pagi, ada 76 orang tewas. Sehingga, jumlah korban tewas menjadi 29.954 orang.

Lebih lanjut, 110 orang terluka selama periode waktu yang sama. Sehingga, jumlah total warga Palestina yang menderita luka-luka akibat genosida sejak 7 Oktober 2023 menjadi 70.325.

Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan bahwa enam anak telah meninggal karena dehidrasi dan kekurangan gizi di rumah sakit Kamal Adwan dan al-Shifa. Sementara yang lain dalam kondisi kritis.

Laporan yang lebih baru mengklaim bahwa tiga anak lagi telah meninggal, sehingga jumlah korban tewas di dua rumah sakit menjadi sembilan.

Badan Pengungsi Norwegia Syok Lihat Kondisi Rafah

Sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland mengaku terkejut melihat kondisi di Rafah, Gaza Selatan. 

"Malnutrisi, penyakit epidemi dan trauma ada di mana-mana," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat