PIKIRAN RAKYAT - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menewaskan empat balita di Kota Bogor selama 2020. Dinas Kesehatan Kota Bogor mengingatkan masyarakat untuk tidak hanya fokus pada pencegahan virus Corona, namun bisa fokus mencegah virus aedes aegypti dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengakui, ada sedikit peningkatan kasus DBD sejak awal 2020. Pada Januari, terdapat 43 kasus DBD di Kota Bogor . Satu balita dari Kelurahan Balumbangjaya, Bogor Barat dilaporkan meninggal karena DBD.
Sementara pada Februari 2020, terdapat 66 kasus DBD, satu warga Sempur, Bogor Tengah meninggal dunia, dan memasuki Maret 2020, ada 11 kasus DBD, dan dua di antaranya juga dilaporkan meninggal dunia.
Menurut Sri, empat balita yang meninggal dunia akibat DBD sempat di bawa ke rumah sakit, namun dalam kondisi dengue shock syndrome (DSS).
“Diagnosa akhirnya DSS, itu tahapan lanjut dari DBD. Kita termasuk daerah endemik, tiap tahun ada kasus,” kata Sri saat dijumpai di Plasa Balaikota Bogor, Selasa, 10 Maret 2020.
Menurut Sri, pasien DBD memang tidak bisa langsung terdeteksi. Gejala awal DBD mirip dengan gejala demam pada umumnya. Biasanya, fasilitas kesehatan akan merujuk pasien untuk melakukan uji laboratorium darah, jika demam pasien tidak kunjung turun selama tiga hari.
Baca Juga: Resmikan Command Center dan Pikobar, Ridwan Kamil Tawarkan Hibah Command Center untuk Daerah
“Hari pertama, kedua pasti belum kelihatan kalau kena DBD. Makanya hari ketiga, harus cek lab. Terapi cairan harus, setelah periksa lab, juga hari keempat harus tetap dipantau, karena biasanya masuk masa kritis DBD, bisa drop, disertai pendarahan. Tidak harus mimisan, pendarahan di dalam juga bisa. Mayoritas yang meninggal dibawa ke rumah sakit dalam kondisi shock,” kata Sri. ***