PIKIRAN RAKYAT - Limbah infeksius seperti masker dan sarung tangan sekali pakai mengancam Sungai Ciliwung. Tim Satuan Tugas Naturalisasi Sungai Ciliwung masih mendapati adanya limbah infeksius yang dibuang ke sungai.
Sekretaris Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung Een Irawan Putra menuturkan, temuan limbah infeksius bekas masker sekali pakai atau sarung tangan sekali pakai tidaklah banyak. Namun demikian, limbah tersebut cukup mengkhawatirkan karena bisa jadi akan mencemari sungai dan membahayakan biota sungai maupun masyarakat sekitar.
“Tidak banyak, hanya di beberapa titik dan bercampur dengan sampah anorganik lainnya. Dampaknya sungai jadi kotor karena perilaku yang belum berubah, masyarakat masih menganggap sungai sebagai tempat sampah,” ujar Een kepada Pikiran-Rakyat.com, Selasa 5 Mei 2020.
Baca Juga: BERITA BAIK: Pasien Sembuh COVID-19 di Indonesia per 05 Mei 2020 Lebih dari 2.000 Orang
Een mengatakan, perlu ada kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang limbah infeksius ke sungai. Meskipun hanya masker sekali pakai, bisa jadi masker tersebut sudah tercemar bakteri atau virus Covid-19 yang saat ini sedang mewabah di Indonesia. Sejauh ini, RT dan RW di masing-masing wilayah sudah berupaya untuk melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungannya. Namun demikian, tidak semua bisa mengawasi perilaku masyarakat.
“Ini perlu kesadaran kita semua untuk mengubah kebiasaan dan menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Een.
Baca Juga: Pengusaha Wajib Bayar THR Sesuai Permenaker, Kendati Covid-19 Belum Berakhir
Fokus ODP
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Konservasi dan Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor, Windra menuturkan, Pemerintah Kota Bogor mengacu pada surat edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar, wajib melakukan penanganan limbah infeksius. Hanya, saat ini Pemkot Bogor masih fokus pada penanganan limbah infeksius Orang Dalam Pengawasan (ODP) Covid-19.
“Baru dua minggu berjalan, karena di awal-awal Covid-19 memang ada kesulitan penganggaran. Sekarang sudah ada titik temu, pada saat pergeseran anggaran,” kata Windra.