kievskiy.org

Sejumlah Pabrik Penggilingan Padi di Majalengka Berhenti Beroperasi, Pemilik 'Menjerit'

Sejumlah pekerja di Pabrik Penggilingan Sumber Tani di Desa Pangkalanpari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah mengemas gabah yang baru datang ke pabrik.
Sejumlah pekerja di Pabrik Penggilingan Sumber Tani di Desa Pangkalanpari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah mengemas gabah yang baru datang ke pabrik. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah pabrik penggilingan padi di Majalengka terpaksa berhenti beroperasi untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat harga gabah terus melonjak tidak sebanding dengan harga jual beras di pasaran.

Supriyanto pemilik penggilingan di Desa Pangkalanpari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka misalnya, dia mengaku sudah lebih sepekan pabriknya berhenti beroperasi. Tepatnya setelah tiga kali melakukan pengiriman beras ke Pasar Induk Johar yang mengalami kerugian hingga Rp7.500 yang setiap pengirimannya sebanyak 10 ton beras.

Dia menyebutkan melakukan pembelian gabah seharga Rp850.000 hingga Rp860.000 tiba di pabrik. Setelah menjadi beras dia jual ke Pasar Induk Johar seperti biasa mengirim kepada pelanggannya. Namun, ternyata diterima di pasar hanya mencapai 12.500 per kg.

“Saya tiga kali melakukan pengiriman, ruginya lumayan besar. Jadi sekarang milih libur dulu untuk menyesuaikan harga di pasaran sambil menunggu kondisi harga stabil. Atau jika ada pesanan dengan harga yang sebanding dengan harga pembelian baru akan giling lagi,” ucap Supriyanto.

Baca Juga: Warga Majalengka Sholat Tolak Bala dan Bikin Kue Apem, Cegah Malapetaka Rebo Wekasan

Saat ini menurut Supriyanto, penjualan beras di pasaran sedikit lesu dampak dari bantuan pemerintah yang turun secara serempak sehingga mempengaruhi omset penjualan dan harga penjualan beras di pasaran.

Akibatnya, pelanggannya yang biasa dipasok menetapkan harga rendah dengan alasan stok masih tersedia serta penjualan lesu.

Senada disampaikan Barsel pemilik penggilingan di Desa Sumber, yang biasa mengirim ke Bandung dan toko–toko yang menyediakan sembako serta pasar tradisional. Dia mengaku merugi sekira Rp3.000.000 untuk 10 ton pengiriman ke Bandung.

“Rugi tiga perak dari sekilo juga kalau banyak lumayan besar. Sekarang penjualan beras memang lagi lemah, itu dialami hampir sebagian besar pemilik penggilingan,” kata Barsel.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat