kievskiy.org

PTM Terbatas Digelar di Tengah Tingginya Angka Kematian Anak karena Covid-19

Siswa mencuci tangan sebelum masuk ruang kelas untuk mengikuti kegiatan Pendampingan Tatap Muka di SD Widiatmika, Jimbaran, Badung, Bali, Senin 6 September 2021.
Siswa mencuci tangan sebelum masuk ruang kelas untuk mengikuti kegiatan Pendampingan Tatap Muka di SD Widiatmika, Jimbaran, Badung, Bali, Senin 6 September 2021. /Antara/Fikri Yusuf

PIKIRAN RAKYAT - Hari-hari belakangan ini, ribuan sekolah di Jawa Barat sudah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Kondisi ini memang seperti buah simalakama, dilakukan ada risikonya, tidak dila­ku­kan risikonya juga akan besar terha­dap keberlangsungan bangsa ini.

Terjadinya lost generation akibat loss learning. Kita harus meng­akui, anak-anak juga rentan terinfeksi virus Covid-19. Tidak hanya itu, mereka juga bisa turut menyebarkan virus ini.

Kasus Covid-19 pada anak Indonesia mengalami kenaikan pada Agustus 2021.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat Rakornas KPAI Per­siapan PTM dan Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun Berbasis Sentra Sekolah, Senin 30 Agustus 2021 mengungkapkan, kasus konfirmasi positif Covid-19 pada anak naik 2 persen.

Baca Juga: Putusan Baru! Mata Elang Boleh Sita Kendaraan di Jalan? MK: Leasing Sah Sita Barang Tanpa Proses Pengadilan

Kasus Covid-19 pada anak masih 13 persen pada Juli 2021, kini menjadi 15 persen. Namun, untuk saat ini, belum terdengar berita ada anak terinfeksi Covid-19 setelah mereka mengikuti PTM terbatas di sekolahnya masing-masing.

PTM di sekolah memang angat berisiko. Tidak hanya itu, anak-anak yang beraktivitas tatap muka juga berpotensi menjadi sumber penularan virus corona bagi lingkungan keluarga.

Sejumlah negara di dunia sudah menunjukkan sekolah tatap muka bisa menjadi klaster baru Covid-19.

Beberapa waktu lalu, sejumlah sekolah di Indonesia yang menggelar PTM mengidentifikasi klaster Covid-19.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat