kievskiy.org

Keseimbangan Lingkungan, antara Etika dan Konservasi

Burung Mino Muka Kuning (Mino Dumontii) berada di kandand sebelum dilepasliarkan di Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat, Selasa 14 September 2021.
Burung Mino Muka Kuning (Mino Dumontii) berada di kandand sebelum dilepasliarkan di Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat, Selasa 14 September 2021. /Antara/Olha Mulalinda

PIKIRAN RAKYAT – Baru-baru ini, tersiar kabar hingga viral terkait interaksi manusia dengan komponen lingkungan hidup lainnya.

Ditemukannya tiga bangkai harimau yang mati terjerat perangkap babi hutan. hingga adanya kabar mawas/orang utan yang dirudapaksa, dijadikan budak nafsu pria hingga didandani seperti  halnya wanita.

Sangat miris, manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, etikanya entah berada di mana.

Ketika saya menulis artikel ini, ingatan menerawang ke belakang, terkenang akan artikel-arikel yang ditulis Otto Soemarwoto yang sering saya baca di media cetak.

Baca Juga: Citarum Belum Juga Harum 2021, Swimmable Target ‘Cari Aman’ Ridwan Kamil?

Otto Soemarwoto merupakan pakar ekologi Indonesia. Ragam artikel yang dipublikasikan di koran-koran tentunya berkaitan dengan wawasan lingkungan.

Lingkungan tak terlepas dari istilah ‘ekologi’. ‘Ekologi’ pertama kali digunakan ahli biologi Jerman, Ernst Haeckel. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘oikos’ dan ‘logos’.

‘Oikos’ memiliki arti ‘rumah’ atau ‘tempat untuk kehidupan’ dan ‘logos’ berarti ‘ilmu’.

Secara harfiah, ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang makhluk hidup dalam rumahnya. Secara umum, ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat