kievskiy.org

Pariwisata Indonesia, Bercerminlah pada 'Gempa' Corona

ILUSTRASI COVID-19, Corona.*
ILUSTRASI COVID-19, Corona.* /PIXABAY

BAGAIMANA gempa berkekuatan 6,4 yang terjadi tahun 2018, telah mengguncang kawasan di utara Pulau Lombok, tapi rentetan gelombang akibatnya telah melumpuhkan berbagai sektor, satu di antaranya yang sangat terdampak adalah sektor pariwisata.

Gempa bumi telah membuat semua orang menjadi khawatir untuk berkunjung ke sana, walaupun di selatan Pulau Lombok masih aman untuk kegiatan pariwisata, tidak terjadi gempa yang dapat merobohkan rumah atau hotel.

Namun, dalam pemberitaan selalu menyebutkan, seolah-olah gempa menimpa seluruh Pulau Lombok. Sama halnya ketika Gunung Agung di Pulau Bali meletus, seolah seluruh Pulau Bali terancam letusan gunung tersebut.

Baca Juga: Cegah Virus Corona Mewabah, Bobotoh Akan Dicek Suhu Tubuh hingga Panpel Persib Sebar Hand Sanitizer

Padahal, batas bahaya itu paling jauh dalam radius 15 Km dari pusat letusan. Yang berwisata di utara Pulau Bali, sesungguhnya aman-aman saja.

Kalau pun pesawat terbang tidak bisa mendarat atau terbang dari bandara di Bali, wisatawan dapat menggeser titik keberangkatannya atau kepulangannya, dengan menggunakan kapal laut, menyebrang ke Jawa Timur atau ke bandara di pulau di sebelah timur Bali, yang dinyatakan masih aman untuk keselamatan penerbangan.

Rasa tidak aman akibat gempa itulah yang menyebabkan Lombok pernah menderita paceklik kunjungan wisata pascagempa.

Baca Juga: NPCI Jawa Barat Buka Peluang Jadikan Kota Bandung Tuan Rumah Peparda 2022

Bagaimana para pemilik hotel, jasa transportasi, rumah makan, pemandu dan porter ke Gunung Rinjani selama lebih dari empat bulan benar-benar tidak ada kunjungan wisatawan ke gunung yang cantik itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat