kievskiy.org

Crazy Rich dan Ketimpangan Ekonomi

Ilustrasi Crazy Rich
Ilustrasi Crazy Rich /Pixabay/Mohamed_Hassan

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah warga di Desa Telawah dan Desa Jetis, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menyambut kedatangan Joko Suranto, “Crazy Rich Grobogan” yang rela merogoh kocek pribadi sebesar Rp 2,8 miliar untuk memperbaiki jalan desa yang telah rusak selama 20 tahun, memberikan pesan bahwa masih terjadi ketimpangan ekonomi di masyarakat.

Kelakuan Crazy Rich memang sering membuat heboh masyarakat, di tengah-tengah situasi pandemi di mana ekonomi sulit justru para Crazy Rich ini seolah tidak pernah kehabisan uang. Tidak jarang juga para Carzy Rich ini, memamerkan harta kekayaannya kehadapan masyarakat.

Akibatnya tidak semua orang suka dengan kelakuan para Crazy Rich ini, ada yang merasa apa yang dilakukan mereka terlalu berlebihan apalagi di situasi seperti sekarang, toh sebelum fenomena Crazy Ricah muncul, sudah ada para konglongmerat yang hidupnya biasa-biasa saja.

Memang ada dampak negatifnya juga, ketika orang berusaha demi mendapatkan pengakuan sebagai Crazy Rich lantas menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan. Sepertinya telah terjadi semacam pergesaran kalau dulu orang justru tidak mau terlihat kaya karena takut kekayaannya dicuri orang, tetapi sekarang sebagian orang justru berlomba-lomba memamerkan kekayaannya.

Baca Juga: Chandrika Chika Dituduh Lindungi Sosok Lain, Istri Putra Siregar Curiga Suaminya Dikorbankan

Tetapi jika kita amati fenomena merebaknya Crazy Rich ini justru hendak memperlihatkan kepada kita betapa ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat begitu tingginya. Ambilah contoh dari kedatangan dalam rangka mudik Joko Suranto, Crazy Rich Grobogan, kedatangannya yang disambut meriah oleh masyarakat semakin mengontraskan suasana ketimpangan ekonomi di masyarakat.

Tentu ketika persoalan ketimpangan ekonomi ini dibaca publik bisa membuat beberapa pihak tidak merasa nyaman. Ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat bisa terjadi salah satunya karena faktor kebijakan yang membuat hanya sebagian kecil orang saja yang mampu mengakses sumber daya akibatnya pendapatan tidak terdistribusi secara merata di masyarakat.

Coba saja kita lihat, anak yang lahir dari keluarga miskin cenderung untuk mewarisi kemiskinan dari orangtuanya karena akses mereka terhadap sumber daya terbatas akibatnya peluang mereka untuk merubah nasib nyaris tidak ada.

Baca Juga: Umat Muslim Negeri Hila Maluku Tengah Rayakan Lebaran Hari Ini

Makanan yang mereka makan memiliki gizi yang rendah, kualitas pendidikan yang mereka dapatkan bukan yang terbaik, begitu pula dengan keterbatasan akses pergaulan, membuat mereka sulit untuk mendapatkan berbagai macam peluang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat