kievskiy.org

Pemimpin Bermental Feodal, Petruk pun Bisa Jadi Raja

Ilustrasi politik.
Ilustrasi politik. /Pixabay/René Schindler

PIKIRAN RAKYAT - Sistem demokrasi yang sedang didewakan sekarang, mulai banyak yang mempertanyakan. Triyono Lukmantoro, dalam tulisannya tentang “Demokrasi tanpa Integrasi Moral” dengan lugas memberikan statement, demokrasi memang menjengkelkan. Cara yang harus ditempuh memusingkan, hasil yang diraih jarang memuaskan.

Demokrasi tidak memberi kesejahteraan, tetapi justru melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang seharusnya diposisikan sebagai penguasa tertinggi dalam arena perpolitikan, ironisnya, dijerumuskan dalam keterasingan.

Intinya, demokrasi hanya melahirkan absurditas, keadaan yang tidak bisa dimengerti dengan kejernihan nurani atau akal waras.

Bahkan Sayidiman Suryohadiprojo, mantan Gubernur Lemhanas mempertanyakan; belakangan ini mulai berkembang pendapat demokrasi bukan sistem politik tepat untuk Indonesia.

Baca Juga: Sekolah Bukan ‘Kuburan Massal’, Mekanisasi Sesuai Kemauan Negara

Pendapat itu terutama dinyatakan karena ada kesangsian apakah demokrasi yang digelorakan sejak Reformasi dapat menghasilkan perbaikan keadaan negara bangsa. Atau Indonesia malahan menjadi makin mundur dan kacau.

Kesejahteraan Rakyat di Atas Demokrasi

Keadaan itulah yang menjadikan demokrasi seringkali mendatangkan banyak kekecewaan. Kondisi buruk yang dihembuskan demokrasi diperparah elite politik dan aparat penegak hukum yang menunjukkan aksi-aksi keblunderan.

Simak misalnya, keputusan Mahkamah Agung (MA) yang memerintahkan pengulangan pemilihan kepala daerah Sulawesi Selatan di Kabupaten Bone, Gowa, Tana Toraja, dan Bantaeng. Bukankah ini menjadikan ketidakpastian berakumulasi?

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat