kievskiy.org

Menilik Tiga Pemikiran dari Indonesia dalam 12th East Asia Summit  Foreign Ministers’ Meeting EAS

Pertemuan East Asia Summit (EAS) adalah forum ASEAN  untuk bertemunya 18 negara di Kawasan Indo-Pasifik.
Pertemuan East Asia Summit (EAS) adalah forum ASEAN untuk bertemunya 18 negara di Kawasan Indo-Pasifik. /asean.org

PIKIRAN RAKYAT - Pertemuan East Asia Summit (EAS) adalah forum ASEAN  untuk bertemunya 18 negara di Kawasan Indo-Pasifik. Pertemuan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri dan perwakilan Menlu dari Indonesia, Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Australia, RRT, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia dan Amerika Serikat.

EAS merupakan forum leaders-led summit dengan ASEAN sebagai kekuatan penggerak dalam kemitraan dengan Negara-negara anggota lainnya. EAS bersifat terbuka, inklusif, transparan dan outward-looking dengan format retreat berupa diskusi strategis mengenai berbagai tema actual di kawasan.

Berdasarkan keterangan resmi dilaman Kemlu. Dalam pertemuan kali ini, Indonesia sebagai incoming chair EAS mendapatkan kesempatan pertama bicara di antara Menteri Luar Negeri negara partisipan EAS lainnya.

Dalam Pertemuan para Menlu EAS ke-12 di Phnom Penh, 5 Agustus 2022. Menteri Luar Negeri  Indonesia (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan. “Jika Indo-Pasifik adalah laut yang dipenuhi dinamika, maka EAS adalah “kapal” dimana kita mendayung bersama untuk mencapai tujuan, yaitu perdamaian dan stabilitas”,

Menlu Retno  juga secara terus terang menyampaikan kekhawatiran mengenai situasi dunia saat ini. Perang bukan lagi sesuatu yang tidak mungkin terjadi, namun sudah merupakan bagian realitas. Perang di Ukraina merupakan salah satu contoh dari realitas ini. Lebih jauh lagi, Menlu Retno sampaikan bahwa Kawasan lain bukan tidak mungkin akan mengalami hal yang sama, mengingat saat ini kita melihat sejumlah flashpoints yang dapat berubah menjadi konflik terbuka, termasuk Myanmar dan situasi di Taiwan Straits. “Oleh karena itu, dunia saat ini sangat memerlukan kearifan dan tanggung jawab semua pemimpin, semua negara, agar perdamaian dan stabilitas terjaga”, menurut Menlu Retno.

Kawasan Indo-Pasifik juga menjadi perhatian Indonesia dalam Pertemuan para Menlu EAS. “Indo-Pasifik merupakan Kawasan yang sangat strategis bagi dunia, termasuk bagi pemulihan ekonomi dunia”, ujar Menlu Retno.

Baca Juga: Selat Taiwan Memanas, Stabilitas dan Solidaritas Kawasan Jadi Prioritas

3 Pemikiran untuk EAS

Untuk mencapai stabilitas dan perdamaian di Indo-Pasifik, Menlu Retno sampaikan 3 pemikiran untuk EAS:
Pertama, EAS harus terus dibangun dengan menggunakan paradigma kolaborasi. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dibuat memang untuk menebarkan paradigma kolaborasi tidak saja di ASEAN, namun juga lebih jauh dari Kawasan Asia Tenggara. Yang diperlukan saat ini adalah kerja sama konkret. “Dan kerja sama ini hanya dapat dilakukan jika semua menjalankan positive sum game, dimana semua pihak akan memiliki keuntungan dengan adanya kerja sama ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat