kievskiy.org

Tragedi Sepak Bola di Malang Jatim, Massa Tak Senantiasa Identik dengan Kekerasan

Ilustrasi sepak bola.
Ilustrasi sepak bola. /Pixabay/jarmoluk

 

PIKIRAN RAKYAT - Insiden extra ordinary di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022, sangat memilukan bagi publik Tanah Air dan juga dunia internasional.

Betapa tidak, pascausainya laga Persebaya vs Arema FC, terjadi hal yang tidak diduga, muncul kerusuhan sehingga setidaknya sampai saat ini tercatat telah menewaskan 125 orang, yang mayoritas merupakan remaja dan organg dewasa dan ratusan orang lainnya luka-luka.

Presiden Joko Widodo berduka cita atas tragedi besar tersebut seraya memerintahkan Menteri Pemuda dan Olahraga, Kapolri, dan Ketua PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraan pertandingan.

“Investigasi dan usut tuntas,” tegas kepala negara kepada Kapolri, di mana hal ini saat ini tengah berjalan, di mana Polri tengah mengevaluasi kinerja aparat keamanan yang bertugas saat peristiwa 1 Oktober 2022 dan hasilnya akan disampaikan kepada publik.

Baca Juga: Presiden Arema FC Angkat BicaraTerkait Tragedi Kanjuruhan: Saya Siap Bertanggung Jawab Penuh

Kajian Sosiologis

Dalam kajian ilmu sosiologi, kumpulan massa (crowd), seperti dalam sebuah pertandingan sepak bola, memang otomatis bakal menimbulkan sebuah kumpulan manusia di suatu tempat, waktu dan tujuan tertentu.

Hal ini pada umumnya terjadi dalam sebuah proses yang bersifat sementara. Begitu usai sebuah pertandingan maka akan membubarkan massa. Hal ini sama halnya dengan konser musik, penonton bioskop, dan lain-lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat