kievskiy.org

Kanjuruhan, Ferdy Sambo, dan Kita yang Kurang Mampu Mera­wat Keberhasilan

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam (kanan) memimpin investigasi di depan pintu tribun Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu 5 Oktober 2022.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam (kanan) memimpin investigasi di depan pintu tribun Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Rabu 5 Oktober 2022. /Antara/Ari Bowo Sucipto

PIKIRAN RAKYAT - Kita tentu tidak mengharap anggaran ­negara yang jumlahnya sangat besar akan ­terbengkalai atau tidak berumur panjang akibat kelalaian yang dibiarkan tanpa pengawasan. 
 
Liga sepak bola Indonesia sebenar­nya telah menerbitkan harap­an akan berlangsungnya kompetisi yang kompetitif dan meng­hibur.
 
Klub dikelola secara profesional, jadwal pertanding­an teratur. Pelatih dan pemain de­ngan kualifikasi yang memadai didatangkan, tidak persoalan meski biaya transfernya cukup mahal.
 
Penonton juga tidak penasaran membayar tiket mahal, karena hasratnya terpuaskan. Namun, tiba-tiba terjadi tragedi Stadion Kanjuruhan di Malang yang menimbulkan duka cita mendalam.
 
Semua kepercayaan serta harapan akan terselenggaranya kompetisi yang aman dan menyenangkan dengan sendirinya kembali mendung.
 
Tragedi itu menunjukkan, kita kurang mampu mera­wat keberhasilan, fisik atau nonfisik. Kuncinya, kelalai­an, yang mungkin sudah dianggap sebagai hal biasa.
 
Dalam skala yang lebih besar, lembaga kepolisian juga saat ini berusaha menyelesaikan persoalan yang relatif kontroversial.
 
Setelah reformasi, kepolisian telah bertransformasi ke arah yang telah lama menjadi harapan masyarakat.
 
Polisi yang bertugas di lapangan terkesan lebih santun. Jika menghadapi pelanggaran yang dilakukan pengendara kendaraan misalnya, tidak secara otomatis menjatuh­kan denda. Hadirnya polwan juga memberi warna sendiri sehingga kesan angker yang dialamatkan kepada polisi sebelumnya memudar.
 
Kemudian, kasus Ferdy Sambo merusak persepsi masyarakat yang positif tersebut. Dengan cepat cemoohan serta sindiran dialamatkan kepada lembaga kepolisian. Semua pihak menyayangkannya.
 
Upaya yang ditempuh secara bertahap dan memakan waktu, rusak seketika.
 
Tentu akan dibutuhkan waktu lebih panjang lagi agar kepolisian menjadi lembaga yang disegani.
 
Terjadinya kasus Ferdy Sambo yang menggegerkan itu mungkin pula karena kepolisian lalai merawat keberhasilannya.
 
Dalam skala yang lebih besar, tentu kita masih ingat bagaimana pada masa Orde Baru negara kita dipuji sebagai salah satu macan Asia.
 
Pembangunan berjalan baik, rakyat merasa lebih sejahtera karena berbagai fasilitas dibangun untuk menyelenggarakan program kesehatan serta pendidikan yang lebih intensif. Namun, krisis keuangan yang terjadi tahun 1998 membuat semua keberhasilan itu ternoda.
 
Hal yang jadi salah satu sebabnya, korupsi serta ­pengelolaan kenegaraan yang tidak semestinya yang justru terjadi di berbagai sektor.
 
Artinya, marwah penyelenggaraan pemerintahan yang ditata dengan susah menjadi rusak akibat kelalaian berbagai pihak.
 
Selayaknya, kita harus berusaha menerakan kembali semua masalah tersebut dengan nalar positif serta ­pikiran jernih.
 
Semua berpangkal pada kegagalan memelihara keberhasilan. Masyarakat kita belum memahami pentingnya kesadaran untuk merawat se­tiap keberhasilan. Hal itu sudah mengemuka sejak lama. 
 
Berkaitan dengan aspek fisik, berbagai bangunan hebat dibangun, lengkap dengan segala kebutuhannya. Gedung perkantoran dibangun dengan ­biaya mahal. Saat diresmikan kita  berdecak kagum. Namun, selang beberapa tahun kemudian ternyata gedung mahal tersebut tidak dirawat dengan baik.
 
Selain itu, ada persoalan yang lebih mendasar, yakni ketekunan dan disiplin. Melakukan perawatan harus dikerjakan rutin, cermat, dan terus-menerus. Mungkin membosankan, tetapi tidak ada pilihan lain.
 
Untuk mengatasinya, ditempuh dengan cara menyelenggarakan pelatihan serta pengawasan intensif.
 
Jika kita sering berbangga mengakui keberhasilan dalam berbagai bidang, apakah kita juga menyadari, keberhasilan harus dirawat dengan baik?
 
Tragedi Kanjuruhan serta citra kepolisian yang sedang ter­noda mesti menumbuhkan kesadaran bahwa kebanggaan juga mesti dirawat. Jika hal itu dilaksanakan, dengan sendirinya akan menumbuhkan kebanggaan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat